Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan pasokan gas pipa dari sejumlah lapangan minyak dan gas bumi (migas) perlu disiasati dengan pemanfaatan sumber gas bumi lain untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Salah satunya, seperti gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).
Belakangan ini, pasokan gas pipa di Indonesia bagian barat yang mencakup Sumatra bagian tengah, Sumatra bagian selatan, dan Jawa bagian barat dilaporkan mengalami defisit. Hal ini seiring produksi gas dari sejumlah lapangan migas mengalami penurunan alami (natural decline) lantaran kondisi lapangan yang sudah tua.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui adanya defisit pasokan gas di wilayah barat. Pemerintah pun tengah mendorong percepatan pembangunan infrastruktur pipa gas untuk dapat mengalirkan pasokan gas di Jawa Timur yang berlebih ke wilayah Indonesia bagian barat.
"Ya memang ada defisit suplai dari barat makanya kita percepat pipanya, tapi itu butuh waktu," ujar Arifin, Jumat (8/3/2024).
Untuk itu, alternatif yang paling memungkinkan saat ini guna menambal defisit pasokan gas untuk industri di wilayah barat adalah dengan memanfaatkan LNG.
Rencananya, pemerintah akan menambah pasokan LNG sebanyak 11 kargo untuk memenuhi kebutuhan industri di wilayah barat. Tambahan gas alam cair itu bakal ditarik dari kilang LNG di lapangan gas Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat.
Baca Juga
Namun demikian, perlu dipahami bahwa harga gas yang bersumber dari LNG akan lebih mahal bila dibandingkan dengan harga gas pipa. Hal ini lantaran LNG memiliki rantai bisnis yang lebih panjang untuk sampai ke pelanggan, mulai dari proses pendinginan, transportasi, penyimpanan, dan regasifikasi.
"Ya susah [harga LNG lebih kompetitif dari gas pipa]. Kalau gas kan dicairin, diangkut, nah itu kan ada ongkosnya. Tapi kan kita harus pikirkan satu, security energy," jelas Arifin.
Sementara itu, Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyarankan pemerintah untuk memberi dukungan fiskal yang lebih intensif untuk kepada badan usaha penyalur gas di tengah defisit gas pipa dari sejumlah lapangan saat ini.
Pri mengatakan, dukungan fiskal itu diharapkan dapat membantu badan usaha penyalur gas untuk menjalankan kontrak-kontrak penjualan gas dengan pembeli saat ini.
Dukungan fiskal itu, di antaranya kompensasi atas penugasan, tarif tol pipa gas yang kompetitif, kebijakan harga gas yang sesuai keekonomianm dan dukungan perpajakan dalam pengembangan infrastruktur LNG.
“Ketidakpastian pasokan gas tentu akan membuat perusahaan yang mengelola dan mengoperasikan infrastruktur gas seperti PGN kesulitan di dalam perencanaan maupun operasional bisnisnya,” kata Pri saat dihubungi Bisnis, Senin (11/3/2024).
Di sisi lain, Pri menilai pemanfaatan LNG dapat menjadi strategi dalam menjamin keberlangsungan pasokan gas ke industri seiring adanya ketidakpastian pasokan dari hulu.