Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) buka suara ihwal penyebab kenaikan harga telur ayam ras di tingkat konsumen. Kenaikan harga telur ayam ini terjadi menjelang Ramadan.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyampaikan, tingginya harga telur disebabkan oleh harga jagung pakan yang melonjak naik menjadi Rp9.000 per kilogram secara rata-rata nasional. Angka tersebut di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp5.000 per kilogram.
“Harga telur naik hari ini, karena sebulan lalu harga jagung pakan itu Rp 9.000 per kilogram,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Kamis (7/3/2024).
Oleh karena itu, pemerintah melalui Perum Bulog melakukan importasi sebanyak 250.000 ton jagung dan disalurkan ke peternak-peternak mandiri kecil sesuai verifikasi data yang diperoleh dari Dirjen PKH Kementan.
Per 6 Maret 2024, Perum Bulog telah menyalurkan 201.000 ton cadangan jagung pemerintah, atau 51% dari total alokasi 343.000 ton sebagai bagian dari program SPHP.
Pernyataan ini sekaligus membantah isu yang beredar bahwa tingginya harga telur disebabkan oleh program bantuan pangan telur. Arief menegaskan, bantuan berupa telur dan daging ayam bagi keluarga risiko stunting belum kembali dimulai oleh pemerintah.
Baca Juga
“Lalu ada isu yang bilang harga telur itu naik, katanya karena adanya program bantuan pangan telur. Saya jelaskan bantuan pangan dari NFA bersama ID Food berupa telur dan daging ayam bagi keluarga risiko stunting, belum kita mulai,” tegasnya.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bantuan pangan berupa telur dan daging ayam akan kembali disalurkan tahun ini. Bantuan disalurkan kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) menggunakan basis data KRS dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Paket bantuan berupa 1 kilogram daging ayam dan telur 10 butir akan diberikan dalam dua tahapan atau total selama 6 bulan.
Alih-alih memicu kenaikan harga, Arief mengkalim bahwa bantuan pangan tersebut justru dapat menekan harga telur dan daging ayam di pasaran.
“Ini bisa dikonfirmasi kepada seluruh peternak. Sekarang panen jagung mulai naik, sehingga harga jagung mulai bergerak turun,” ucap Arief.
Menurut Kerangka Sampel Area (KSA) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Januari 2024, produksi jagung diprediksi mencapai 2,2 juta ton pada Maret 2024. Sementara, produksi jagung di Januari dan Februari 2024 masing-masing 0,48 juta ton dan 0,76 juta ton.
“Dengan ini, realisasi produksi jagung Februari Maret mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” ujarnya.
Di sisi lain, Arief memastikan bahwa stok pangan dalam keadaan aman khususnya menghadapi Ramadan dan Idulfitri. Pasalnya, pemerintah telah meminta pemda untuk mengintensifkan operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) dan melakukan pemantauan rutin ke semua jenis pasar. Langkah ini diharapkan dapat mengendalikan harga selama Lebaran.
Sementara itu, menurut data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kamis (7/3/2024) pukul 07.20 WIB, harga telur ayam ras dilaporkan naik sebesar 2,53% menjadi Rp32.070 per kilogram.