Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat Pertanian memprediksi harga beras dalam negeri berpotensi turun pada April 2024, seiring adanya panen raya di sentra-sentra produksi.
Meski berpotensi turun, pengamat pertanian sekaligus Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menyampaikan, harga beras mustahil untuk kembali ke level harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni Rp10.900-Rp11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras premium.
“Akan terbentuk keseimbangan baru atau orang sebut harga normal, tapi normal nggak balik seperti harga semula [HET],” kata Khudori kepada Bisnis, dikutip Rabu (6/3/2024).
Oleh karena itu, dia menilai penting bagi pemerintah dalam hal ini Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menghitung ulang ongkos produksi yang dapat dipastikan sudah berubah.
Hal tersebut, kata dia, tercermin dari harga gabah yang terkerek naik, sehingga memicu kenaikan harga beras di tingkat konsumen.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, harga gabah kering panen (GKP) terkerek naik sebesar 4,86% secara bulanan, menjadi Rp7.261 per kilogram pada Februari 2024. Pada bulan sebelumnya, harga GKP dipatok sebesar Rp6.925 per kilogram.
Baca Juga
Kenaikan harga juga terjadi pada gabah kering giling (GKG). Harga GKG naik sebesar 6,13% secara bulanan menjadi Rp8.591 per kilogram.
Naiknya harga GKP telah memicu kenaikan harga beras di semua rantai distribusi. BPS mencatat, harga beras di tingkat penggilingan naik Rp14.274 per kilogram atau 6,76% dari bulan sebelumnya.
Di tingkat grosir, harga beras terkerek naik 5,96% dari bulan sebelumnya menjadi Rp14.398 per kilogram. Lalu di tingkat eceran, harga beras menyentuh level Rp15.157 per kilogram.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, sebelumnya menyebut, harga beras nasional dapat turun seiring berjalannya waktu.
Dia menuturkan, jika luas lahan yang ditanam dibawah 1 juta hekatre, produksi beras diperkirakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan sebanyak 2,6 juta ton. Akibatnya, harga beras dalam negeri akan bergerak naik.
Oleh karena itu, Indonesia perlu menanam minimal 1 juta hektare untuk menghasilkan sekitar 2,5 juta ton beras.
Adapun, saat ini, kata Arief, harga gabah secara rata-rata sudah berada di level Rp7.100 per kilogram dari sebelumnya sekitar Rp8.000 per kilogram seiring dengan meningkatnya produksi. Sehingga, untuk kembali ke HET beras premium di Rp13.900 per kilogram, kata Arief, sangat memungkinkan.
“Kalau itu sudah terjadi, dua tiga minggu lagi pas kita masuk puasa tanggal 10-11 [Maret 2024] saya rasa harga sudah terkoreksi dan stok akan banyak,” ujarnya.