Bisnis.com, DENPASAR - Pemain properti memproyeksikan Bali akan menjadi pasar yang potensial di 2024 karena didukung oleh pemulihan pariwisata serta kebijakan pemerintah seperti golden visa, pembangunan infrastruktur, serta terbukanya kawasan pariwisata baru.
Menurut pengembang properti ternama dengan pengalaman lebih dari satu dekade di Bali, Alex Shtefan, pendiri dan pemilik Alex Villa menjelaskan Tahun ini, sektor properti Bali diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif, didorong oleh kondisi ekonomi yang kondusif dan menjanjikan.
Terbukanya kawasan wisata baru seperti Seseh hingga Cemagi turut mendorong pertumbuhan properti di Bali, karena pembukaan kawasan baru biasanya diikuti oleh pembangunan properti baru seperti villa, hotel dan restoran.
"Kawasan-kawasan yang menarik turis tidak hanya berada di area-area yang sudah terkenal sebelumnya seperti Kuta, Ubud, Sanur, Seminyak, Canggu, dan Uluwatu. Minat para wisatawan kini merambah ke bagian barat Bali, termasuk Seseh, Kedungu, Cemagi, dan Tabanan. Perluasan area ini memberikan peluang baru bagi sektor properti dan menambah pilihan wisata bagi para pengunjung yang ingin menjelajahi bagian-bagian Bali yang jarang dikunjungi," kata Alex dikutip dari siaran pers, Senin (4/3/2024).
Mordor Intelligence melaporkan bahwa pada tahun 2023, pasar properti residensial Indonesia bernilai sekitar 67 miliar dolar AS, dan diperkirakan pada tahun 2024 akan mencapai 72 miliar dolar AS, atau tumbuh sekitar hampir 8%. Di tahun 2029 bahkan diramalkan akan mencapai 105,7 miliar dolar AS.
Perkembangan positif pada sektor properti Bali ini tidak hanya dipicu oleh kemunculan kawasan-kawasan baru, regulasi pemerintah dan rencana perkembangan infrastruktur turut memainkan peranan penting. Bali, yang saat ini menempati posisi teratas sebagai tujuan wisata di website perjalanan TripAdvisor, menyambut lebih dari 15 juta wisatawan baik domestik dan mancanegara pada 2023, melebihi target pemerintah. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat di 2024, dan tentunya berkontribusi pada prospek gemilang pasar properti Bali.
Baca Juga
Di 2023, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan yang signifikan dalam sektor properti Bali. Regulasi terbaru kini memberikan investor hak kepemilikan penuh atas tanah sewa di bawah Hak Guna Bangunan (HGB). Pemerintah juga mengeluarkan program Golden visa yang memungkinkan investor asing untuk tinggal selama 5-10 tahun di Indonesia.
Secara bersamaan, pemerintah juga berkomitmen memperkuat infrastruktur pulau tersebut dengan perencanaan pembangunan jalan tol baru yang menghubungkan Gilimanuk ke Mengwi, dan pengembangan kereta bawah tanah (LRT) yang menghubungkan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ke area wisata seperti, Kuta, Seminyak, dan sekitarnya.
Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk memperkuat sektor properti Bali dengan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas secara keseluruhan di Pulau Dewata.
Regulasi dan rencana pemerintah ini berpotensi mengubah tatanan sektor properti Bali. Wisatawan asing kini mencari properti untuk jangka waktu yang lebih panjang, dan jarak yang dekat ke bandara bukan lagi menjadi pertimbangan utama.
"Sebagai pengembang properti, kami sangat antusias dengan langkah-langkah pemerintah ini, dan berusaha aktif berpartisipasi demi memastikan operasi bisnis kami selaras dengan iklim positif ini. Industri properti Bali sangat unik dan membutuhkan pemahaman mendalam akan masyarakat dan dinamika lokal supaya bisa berkembang secara harmonis.
Dalam upaya pengembangan bisnis, kami dengan tekun mematuhi regulasi, bekerja sama dengan pemerintah setempat, dan masyarakat sekitar untuk memastikan properti kami menghormati semua aspek sosial, budaya, dan lingkungan," ujar Alex.
Menurut Alex, pada 2023 terdapat lebih dari 500 pengembang properti yang terdaftar di Bali. Angka ini termasuk tinggi dan dapat menjadi ancaman bagi pasar properti Bali jika para pengembang tidak sepenuhnya memahami pasar lokal, termasuk regulasi dan budaya, serta biaya aktual pembangunan per meter persegi.
Terbukti ada banyak pengembang yang proyek propertinya mangkrak atau tertunda, dan beberapa diantaranya menjanjikan imbal hasil investasi yang tidak realistis.
Investasi properti di Bali biasanya mulai memberikan imbal hasil yang menguntungkan setelah 5-7 tahun, dan ini berlaku untuk properti seharga mulai dari Rp3 miliar. Setelah itu, investor umumnya menikmati pendapatan sebesar 15-20% per tahun. Akan tetapi angka ini dapat menurun secara signifikan jika investor salah memilih pengembang properti, yang dapat mengarah pada hasil investasi yang tidak menguntungkan.
"Penting untuk dicatat bahwa meskipun harga properti di Bali dapat berfluktuasi, harga tanah umumnya tetap stabil. Gangguan apapun yang terjadi di pasar dapat berpotensi mengikis kepercayaan investor asing, khususnya dari Timur Tengah, yang telah menunjukkan ketertarikan terhadap prospek ekonomi Indonesia, khususnya pada sektor wisata di Bali yang menjanjikan. Mendorong industri properti di Bali untuk terus maju merupakan tanggung jawab bersama," ujar Alex.