Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan listrik Negara (PLN) lewat subholding PLN Indonesia Power resmi mengoperasikan stasiun pengisian hidrogen atau hydrogen refueling station (HRS) pertama di Indonesia yang berlokasi di Senayan, Jakarta.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, HRS itu menjadi tindak lanjut perseroan untuk pemanfaatan hasil produksi hidrogen dari pembangkit thermal dan terbarukan sebanyak 22 unit. Total hidrogen hijau yang dihasilkan sebanyak 203 ton saat ini.
“Kebutuhan dari PLN untuk pendinginan pembangkit kami hanya 75 ton, artinya ada 138 ton green hydrogen yang bisa digunakan untuk sektor transportasi,” kata Darmawan saat peresmian HRS di Senayan, Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Darmawan menuturkan dengan alokasi hidrogen hijau saat ini di level 128 ton dapat menyediakan energi untuk 438 mobil setiap tahunnya.
Kemampuan itu setara dengan pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 1,59 juta liter dan penurunan emisi 4,15 juta kilogram CO2 setiap tahunnya.
“Kalau menggunakan hydrogen refueling station yang ada di sini, biayanya hanya sekitar Rp276 saja per kilometer, coba bandingkan dengan biaya menggunakan BBM Rp1.300 per kilometer,” kata dia.
Baca Juga
Menurut dia, harga per kilometer hidrogen hijau itu jauh lebih kompetitif juga dengan harga pengisian daya setrum kendaraan listrik di level Rp350 sampai dengan Rp400. Adapun tarif ultra fast charging dari kendraan listrik dibanderol Rp555 per kilometer.
“Kami juga menjajaki nanti kolaborasi dengan transportasi publik yang ada di Jakarta,” kata dia.
HRS Senayan dilengkapi dengan charger electric vehicle berbasis hidrogen yang memiliki fungsi sama dengan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Di sana juga dibangun Hydrogen Center dan Hydrogen Gallery Room sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terkait hidrogen di Indonesia.
Melihat potensi yang ada, PLN melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang terpasang di kawasan pembangkit PLN ditambah dengan renewable energy certificate (REC) dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia. Dengan cara tersebut, maka pihaknya dapat memproduksi 100% hidrogen hijau.
“Dengan inovasi tersebut, selain untuk pendingin generator pembangkit, green hydrogen kini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit, hingga untuk fuel cell electric.