Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonomi China memasuki realitas baru, sepanjang 2023 jumlah investasi asing (foreign direct investment) ke negara Tirai Bambu itu turun ke level terendah seperti era 1990an.
Dikutip dari Bloomberg, Minggu (18/2/2024), investasi langsung masuk ke China sebesar US$33 miliar pada tahun lalu. Nilai ini turun -82% dibandingkan periode 2022. Jumlah ini merosot ke level terendah sejak tahun 1993.
Data SAFE, dapat mencerminkan tren keuntungan perusahaan asing di China, serta perubahan ukuran operasi mereka di Tiongkok. Saat aksi investasi turun tajam, laba perusahaan asing yang beroperasi di China juga turun 6,7% tahun.
Pelemahan yang terus berlanjut ini juga menunjukkan langkah perusahaan asing untuk menarik uang kembali ke negaranya. Terutama disebabkan ketegangan geopolitik dan tingginya suku bunga di negara lain.
Faktor lain, perusahaan multinasional kurang tertarik untuk menyimpan uang tunai di China. Pasalnya sejumlah negara barat telah menaikkan suku bunga, sementara Beijing telah memotong suku bunga untuk meningkatkan aliran kredit menstimulasi perekonomian.
Baca Juga
Survei yang dilakukan baru-baru ini terhadap perusahaan-perusahaan Jepang di Tiongkok menunjukkan bahwa sebagian besar dari penanam modal dari Negara Matahari Terbit itu mengurangi atau mempertahankan investasi mereka pada tahun lalu, dan sebagian besar perusahaan tersebut tidak memiliki rencana investasi pada 2024.
Bloomberg menilai upaya pemerintah China untuk membuat perusahaan-perusahaan asing kembali beroperasi setelah pandemi Covid-19 gagal, dan diperlukan lebih banyak upaya jika Beijing ingin mencapai tujuannya.
China dapat berharap karena ada sejumlah investor non tradisional yang memacu penempatan dana di negara itu. Perusahaan Jerman misalnya, laporan Institut Ekonomi Jerman berdasarkan data dari Bundesbank telah menempatkan rekor investasi hampir 12 miliar euro (US$13 miliar) tahun lalu.
Hal ini menunjukkan keinginan untuk melakukan ekspansi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini. Meskipun demikian, tindakan Jerman ini meningkatkan pengawasan dari Uni Eropa karena dinilai memiliki masalah keamanan.