Bisnis.com, JAKARTA - Para ekonom menilai bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) telah terlalu ketat dalam menjaga kebijakan moneternya, paling ketat sejak pertengahan 2010.
Mengutip Bloomberg, Selasa (13/2/2024) hasil jajak pendapat National Association for Business Economics menunjukan bahwa 21% responden menganggap kebijakan moneter bank sentral AS tersebut terlalu membatasi.
Sebagai catatan, hasil ini dipublikasikan menjelang konferensi kebijakan ekonomi tahunan NABE di Washington, yang dikumpulkan pada 23-30 Januari 2024.
Diketahui bahwa para pejabat The Fed telah meningkatkan suku bunga acuannya lebih dari lima poin persentase antara Maret 2022 dan Juli 2023. Pada masa ini, terjadi siklus pengetatan tercepat sejak awal 1980-an.
Inflasi kemudian melandai dengan cepat pada paruh kedua 2023, sehingga meningkatkan ekspektasi pasar bahwa bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan memangkas suku bunganya pada awal 2024.
Lalu pada pertemuan Januari 2024, Ketua The Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan dan memberi sinyal bahwa pada Maret 2024 mungkin tidak menjadi titik awal penurunan suku bunga.
Baca Juga
Saat ini, investor kemudian bertaruh bahwa pelonggaran akan dimulai pada Mei 2024.
Kemudian, Powell menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang kuat menjadi alasan mengapa The Fed perlu mengambil waktu sebelum membatalkan langkah-langkah pengetatan.
Adapun, pada laporan ketenagakerjaan bulanan yang diterbitkan pada 2 Februari 2024 menunjukan bahwa penciptaan lapangan kerja pada 2023 direvisi lebih tinggi.