Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Bakal Batasi Impor Mobil Pintar asal China, Genderang Perang Ditabuh Lagi?

AS berencana melakukan pembatasan impor mobil pintar China karena kekhawatiran mengenai keamanan data.
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan pembatasan impor “mobil pintar” China beserta dengan komponen terkait.

Mengutip Bloomberg, Jumat (9/2/2024) menurut para sumber, AS tidak hanya melakukan langkah pembatasan dengan pemberian tarif. Langkah ini dilakukan untuk mengatasi kekhawatiran Washington mengenai keamanan data. 

Adapun, langkah ini akan berlaku untuk kendaraan listrik dan suku cadang yang berasal dari China, tidak peduli dimana akan dirakit nantinya. Hal ini dimaksud untuk mencegah produsen China memindahkan mobil dan komponen ke pasar AS melalui negara ketiga, contohnya Meksiko. 

Menurut sumber, langkah tersebut nanti juga diimplementasikan di negara lain, yang menjadi perhatian AS terkait data. Bahkan, menurut mereka, tarif saja tidak akan sepenuhnya mengatasi permasalahan ini. 

Para pejabat AS diketahui sangat prihatin dengan kumpulan data yang dikumpulkan dengan apa yang disebut “mobil pintar”, yang mencakup kendaraan listrik dan jenis kendaraan terhubung dan otonom lainnya. 

Banyak mobil masa kini juga dapat menjadi target potensial untuk diretas. Hal ini karena baik mobil berbahan bakar bensin maupun listrik, dilengkapi dengan modem yang menghubungkannya dengan internet.  

Pemerintah mungkin mencoba untuk mengatasi masalah keamanan data, lewat  otoritas Departemen Perdagangan untuk mengatur beberapa transaksi teknologi informasi dan komunikasi. 

Namun, belum ada keputusan yang diambil karena para pejabat melakukan studi kebijakan secara menyeluruh. 

Saat ini, perintah eksekutif terpisah yang dimaksudkan untuk memastikan privasi data secara umum diperkirakan akan dirilis secepatnya minggu depan. 

Para pejabat juga sedang mempertimbangkan penyesuaian tarif 27,5% untuk mobil listrik China yang awalnya diberlakukan oleh Presiden Donald Trump. 

Kendaraan listrik mengumpulkan banyak informasi mengenai pemudi dan lingkungannya. Karena persaingan, para produsen berlomba melengkapi mobilnya dengan banyak sensor dan perangkat lunak untuk membantu pengemudi. 

Peraturan China mengharuskan perusahaan mobil untuk menyimpan dan memproses sebagian besar data tersebut di dalam negeri, yang dapat mencakup informasi pribadi yang sensitif, mulai dari plat nomor hingga karakteristik wajah.

Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo khawatir bahwa data tersebut dapat berakhir di tangan China, dengan merujuk larangan China terhadap mobil Tesla.

"Anda tidak dapat mengendarai Tesla di bagian-bagian tertentu dari jalan raya China, mereka mengatakan untuk alasan keamanan nasional," jelasnya, sambil mempertanyakan apa maksud masalah keamanan nasionalnya. 

Produsen mobil China seperti BYD Co. telah menghindari pasar AS, sebagian karena tarif yang tinggi. Namun, para pejabat Paman Sam berpikir bahwa mereka pada akhirnya akan memilih untuk menanggung biaya tersebut. 

Kemudian, harga eceran mobil listrik China setengah dari harga mobil listrik yang diproduksi AS. Dengan ‘Banjir’-nya mobil listrik China dapat menggagalkan upaya Presiden Joe Biden meningkatkan produksi mobil listrik dalam negeri. 

Para kongres juga khawatir perusahaan-perusahaan China, seperti pembuat baterai EV terbesar di dunia, Contemporary Amperex Technology Co, mungkin akan mencoba mengambil keuntungan dari kredit pajak dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi.

Berbagai perusahaan termasuk BYD telah mempertimbangkanlokasi di Meksiko untuk investasi pabrik. Menteri Keuangan Janet Yellen pada bulan lalu mengatakan bahwa AS bermaksud membantu Meksiko meningkatkan penyaringan investasi asing. Hal ini termasuk dari China. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper