Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut proyek Jalan Tol Puncak belum menjadi prioritas yang akan dibangun pada tahun ini.
Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja, menjelaskan hingga saat ini proses kajian studi kelayakan atau feasibility study proyek Tol Puncak masih tak kunjung rampung.
"Itu namanya FS pertimbangan kita bukan hanya teknis. Ada pertimbangan ekonomi dan lingkungan. Kalau tiga tiganya memenuhi baru kita anggap layak," jelasnya saat ditemui di Kantor Kementerian PUPR, Jumat (2/2/2024).
Sejalan dengan hal itu, Endra menyebut pembangunan Jalan Tol Puncak tidak akan menjadi prioritas untuk mulai dibangun pada tahun ini. Alasannya, proyek Tol Puncak saat ini dilihat tak lagi memiliki urgensi besar, mengingat sudah terdapat banyak jalan alternatif menuju puncak.
Salah satunya, yakni hadirnya Jalan Tol Bogor - Ciawi - Sukabumi (Bocimi) serta sejumlah jalan daerah yang telah dibenahi melalui Inpres Jalan Daerah (IJD) No.3/2023.
"[Kendala FSnya] Jadi kita tahu puncak itu sebagian kawasan lindung apakah nanti ada perubahan trase, nanti [dicari terlebih dahulu] trase terbaik," pungkas Endra.
Baca Juga
Sebelumnya, Jalan Tol Puncak diprediksi akan terbentang sepanjang 52 km dan terbagi menjadi 5 seksi. Tol Puncak akan terkoneksi dengan tol eksisting yakni Tol Bocimi yang akan disambungkan ke Cianjur.
Adapun, rencana pembangunan jalan Tol Caringin - Puncak - Cianjur telah disampaikan oleh mantan Kepala BPJT Danang Parikesit di mana estimasi biaya awal ditaksir sebesar Rp24,37 triliun.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, pembangunan Jalan Tol Caringin - Puncak - Cianjur merupakan prakarsa badan usaha yang dilakukan oleh PT Matrasarana Arsitama fan Swoosh Capital CFT.
Dalam kajian awal, biaya investasi tersebut dibutuhkan untuk pembangunan seksi 1 sepanjang 11,6 km memakan biaya hingga Rp3,1 triliun. Kemudian untuk seksi 2 sepanjang 6,9 km membutuhkan biaya konstruksi Rp2,4 triliun.
Selanjutnya, seksi 3 sepanjang 9,7 km membutuhkan biaya Rp8,02 triliun. Lebih lanjut, untuk seksi 4 sepanjang 7,3 km membutuhkan biaya konstruksi sekitar Rp1,68 triliun. Kemudian untuk seksi 5 sepanjang 16,3 km membutuhkan biaya sebesar Rp9,07 triliun.