Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi di dalam negeri mencapai 0,04% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Januari 2024.
Secara tahunan, inflasi pada periode tersebut mencapai 2,57% (year-on-year/yoy).
Laju inflasi tersebut melandai jika dibandingkan dengan inflasi pada Desember 2023 yang tercatat sebesar 0,41% mtm atau 2,61% yoy.
“Tingkat inflasi bulanan Januari 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Kamis (1/2/2024).
Amalia menjelaskan, berdasarkan kelompok pengeluaran, penyumbang inflasi tertinggi pada Januari 2024 yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan inflasi sebesar 0,18% mtm dan memberikan andil sebesar 0,05%.
Jika dirincikan, komoditas penyumbang utama inflasi, yaitu tomat dengan andil 0,09% mtm, bawang merah dengan andil 0,04% mtm, dan beras 0,03% mtm.
Baca Juga
Sementara itu, komoditas yang tercatat menumbang inflasi, di antaranya cabai rawit dengan andil 0,11%, serta cabai merah dan tarif angkutan udara dengan andil deflasi 0,09%.
Adapun, secara tahunan, kelompok pengeluaran yang memberikan kontribusi tertinggi pada inflasi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 5,48% yoy dan memberikan andil terhadap inflasi 1,63%.
“Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini antara lain beras, sigaret kretek mesin, bawang putih, dan tomat,” jelas Amalia.
Di samping itu, kelompok lainnya yang menyumbang inflasi tertinggi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi mencapai 3,01% yoy dan memberikan andil inflasi 0,19% yoy, juga kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran, dengan inflasi 2,37% dan andil terhadap inflasi 0,24%.
Untuk diketahui, inflasi mulai Januari 2024 menggunakan Survei Biaya Hidup dengan tahun dasar 2022. Dengan perubahan ini, cakupan wilayah survei dari yang sebelumnya 90 kabupaten/kota, bertambah menjadi 150 kabupaten kota.
Pada komposisi nilai konsumsi, nilai makanan yang sebelumnya 33,68% juga meningkat menjadi 38,04%, sementara nilai nonmakanan turun dari 66,32% menjadi 61,96%.
Cakupan paket komoditas juga bertambah menjadi 847 komoditas, dari sebelumnya 835 komoditas.