Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) mengungkap kondisi pelayanan air minum di Indonesia masih memerlukan banyak perhatian. Cakupan perpipaan saat ini masih rendah, jauh dari target rencana jangka menengah.
Ketua Umum Pusat Perpamsi, Lalu Ahmad Zaini mengatakan meski telah 78 merdeka, cakupan perpipaan air minum di Indonesia baru mencapai 19,47%.
Sementara itu, saat ini cakupan saluran perpipaan untuk kebutuhan sanitasi RI tercatat baru mencapai 7 juta sambungan rumah atau sebesar 10,16%.
Padahal, apabila mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2030 pemerintah menargetkan sambungan perpipaan air dan sanitasi RI dapat mencapai 30%.
Artinya, tambah Zaini, dalam kurun waktu 6 tahun mendatang pemerintahan baru harus menaruh perhatian serius dalam membangun saluran perpipaan air dan sanitasi tersebut.
"Mau siapapun yang terpilih PR-nya adalah mewujudkan target yang ditargetkan dalam RPJMN, [yang masih kurang] sebesar 10%," kata Zaini dalam agenda Dialog Terbatas Program Air Minum dan Sanitasi Capres dan Cawapres 2024, Kamis (1/2/2024).
Baca Juga
Perpamsi memproyeksi, untuk melengkapi 10% saluran perpipaan air dan sanitasi tersebut, biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit atau mencapai Rp300 triliun.
Dengan demikian, hingga 2030 mendatang, pemerintah setidaknya perlu untuk mengalokasikan dana sebesar Rp50 triliun setiap tahunnya demi mencapai target tersebut.
"Kalau kita kira-kira untuk 10% itu paling sedikit butuh anggaran Rp300 triliun, artinya paling tidak setiap tahun akan mengalokasikan Rp50 triliun. Itu jika kita ingin mewujudkan RPJMN, apalagi kita mewujudkan indonesia maju tahun 2045 mencapai 100%, makin sulit lagi itu tercapai," pungkasnya.