Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah waspadai pasokan telur ayam jelang Ramadan akibat kenaikan harga jagung pakan yang tidak terkendali.
Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Mulyono mengakui harga jagung pakan terus melonjak jauh lampaui Harga Acuan Pembelian (HAP).
Menurutnya, saat ini harga jagung pakan di tingkat peternak sudah di atas Rp8.000 per kilogram. Padahal HAP yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.5/2022 sebesar Rp5.000 per kilogram.
Edy meyakinkan berbagai pihak bahwa lonjakan harga jagung belakangan ini terjadi lantaran pasokan yang kurang. Dia merujuk pada perkiraaan produksi jagung untuk pakan di Januari 2024 sebanyak 693.691 ton. Padahal kebutuhan per bulan mencapai 1,12 juta ton.
"Terjadi defisit, dan ini yang menyebabkan harga [jagung] terlalu tinggi," ujar Edy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, Senin (29/1/2024).
Di sisi lain, volume stabilisasi pasokan dan harga (SPHP) jagung pakan oleh Bulog juga dianggap belum memadai. Adapun penugasan SPHP jagung Bulog pada 2023 sebanyak 195.000 ton belum rampung sampai saat ini. Pengadaan impor, kata dia, juga membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Baca Juga
Atas lonjakan harga jagung itu, Edy pun membeberkan sudah mulai marak fenomena peternak mandiri atau peternak rakyat mengafkirkan ayam petelurnya. Biaya produksi yang semakin mahal akibat harga jagung ternyata tidak diiringi kenaikan harga jual telur di tingkat peternak.
Edy menyebut saat ini harga telur di tingkat peternak hanya berada di level Rp22.000 - Rp23.000 per kilogram. Padahal, dengan harga jagung menembus Rp8.000 per kilogram biaya produksi telur di tingkat peternak saat ini sudah menyentuh Rp29.000 per kilogram. Sementara harga telur di tingkat konsumen saat ini di level Rp28.000 - Rp29.000 per kilogram.
"Para peternak kemudian mengafkirkan dini ayam petelurnya. Kalau ini terus terjadi maka akan mengancam kenaikan harga telur menjelang Ramadan dan lebaran, itu bisa jadi masalah besar buat kita," tuturnya.
Edy pun mengakui, pemerintah telah gagal menjaga harga di hulu untuk komoditas jagung dan telur. Oleh karena itu, dia mengusulkan agar pemerintah dalam hal ini BUMN dan Pemerintah Daerah untuk segera menyerap telur peternak dengan harga di atas harga pasar dengan anggaran pusat (APBN) maupun anggaran daerah (APBD) yang tersedia.
"Semua pemerintah termasuk kami KSP kita telah gagal menjaga di sisi hulu, karena harga jagung terus mengalami kenaikan. Makanya kita butuh kebijakan di hilir dengan membeli telur pertenak rakyat di atas harga pasar," ucapnya.
Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Epi Sulandari menyebut, realisasi penyaluran SPHP jagung per 28 Januari 2024 tercatat sebanyak 101.128 ton atau 52% dari penugasan 195.000 ton.
"Kita harap segera diselesaikan untuk penugasan 195.000 ton ini, dan kami targetkan selesai paling lambat akhir Februari 2024," ujarnya.
Adapun Bulog pada akhir 2023 ditugasi untuk penyaluran SPHP jagung sebanyak 195.475 ton kepada 3355 peternak.
Secara terperinci, 2.963 peternak skala mikro dengan alokasi jagung SPHP sebanyak 64.385 ton, dan 392 peternak skala menengah dan besar dengan total alokasi SPHP jagung sebanyak 131.090 ton.
Bapanas pun pada 2024 kembali menugaskan SPHP jagung kepada Buloh sebanyak 250.000 ton untuk di 14 provinsi.