Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pengusaha optimistis pelemahan ekonomi China tidak serta-merta langsung memukul perekonomian Indonesia.
Adapun laporan terbaru Bank Dunia berjudul Global Economic Prospects 2024 memproyeksikan ekonomi China yang hanya akan tumbuh 4,5%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,2%. Sementara ekonomi Indonesia pada 2024 diproyeksikan hanya tumbuh 4,9%.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengakui bahwa China memiliki peran besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi global, termasuk ekonomi Indonesia. Di sisi lain, China juga menjadi negara sumber FDI (foreign direct investment) terbesar bagi negara-negara berkembang.
"Bagaimanapun juga, perlambatan ekonomi China yang terjadi sejak 1-2 tahun terakhir turut menyeret kondisi ekonomi global ke tingkat pertumbuhan yang jauh lebih sluggish," ujar Shinta saat dihubungi, Rabu (10/1/2024).
Bagi Indonesia, Negeri Tirai Bambu itu juga menjadi partner dagang yang penting. Musababnya, dari sisi impor, China menjadi penyuplai terbesar bahan baku dan bahan penolong untuk Indonesia. Di sisi lain, China turut menjadi negara sumber ekspor utama bagi Indonesia.
Adapun dari segi investasi, China menjadi lima besar sumber investasi asing di Indonesia. Meskipun peran China cukup banyak dalam roda ekonomi Indonesia, namun Shinta meyakini kontraksi ekonomi di Chinta tidak akan serta-merta menjatuhkan ekonomi Indonesia.
Baca Juga
"Tidak se-otomatis itu. Karena faktor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah kebijakan ekonomi dalam negeri kita sendiri," tuturnya.
Kebijakan ekonomi yang antisipatif terhadap tekanan dan potensi menjadi hal yang penting agar Indonesia secara mandiri menciptakan pertumbuhan ekonominya.
Sementara itu, Komite Tetap Kebijakan Publik, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Chandra Wahjudi mengatakan pelemahan ekonomi China akan mempengaruhi volume ekspor Indonesia menjadi lebih rendah ke Negeri Panda. Namun, dirinya mengaku tetap optimistis neraca perdagangan tetap akan surplus di tengah tekanan pasar ekspor.
"Tetapi kita tetap optimis neraca perdagangan akan tetap surplus karena beberapa hal antara lain implementasi kebijakan hilirisasi industri yang memberikan tambahan nilai yang lebih tinggi," ucap Chandra saat dihubungi.