Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Cokelat Butuh Bahan Baku, Kemenperin: Butuh Dukungan Kementerian Lain

Kemenperin menilai minimnya kebutuhan bahan baku untuk olahan produk cokelat dapat teratasi dengan dukungan kebijakan kementerian lainnya
Industri Cokelat Butuh Bahan Baku, Kemenperin: Butuh Dukungan Kementerian Lain. Cokelat/playbuzz.com
Industri Cokelat Butuh Bahan Baku, Kemenperin: Butuh Dukungan Kementerian Lain. Cokelat/playbuzz.com

Bisnis.com, UBUD - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai minimnya kebutuhan bahan baku untuk olahan produk cokelat dapat teratasi dengan dukungan kebijakan kementerian lainnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahan baku merupakan tantangan terbesar industri pengolahan. Hal ini yang terjadi pada produksi kakao di Indonesia yang semakin terancam pasokannya.

"Industri cokelat kita kekurangan bahan baku, kita harus mengimpor bahan baku," kata Agus, dikutip Jumat (29/12/2023). 

Menurut Agus, kondisi ini membuat kebutuhan untuk industri cokelat semakin sulit terpenuhi. Padahal, beberapa tahun lalu Indonesia merupakan produsen kakao terbesar kedua di dunia setelah Ghana.

Namun, posisinya kini berada di peringkat ke-7. Agus menilai penyebab nya yakni kakao yang di ekspor tanpa melalui proses pengolahan alias ekspor bahan baku.

"Kebutuhannya tidak bisa dipenuhi karena kakao nya di ekspor secara mentah tanpa ada pengolahan, atau  ada hal-hal lain. Tapi, yang saya dapat laporan dari industri cokelat mereka gak gampang mendapatkan bahan baku," ujarnya.

Padahal, Indonesia merupakan eksportir produk kakao olahan terbesar ke-3 di dunia dan berkontribusi pada pasar global sebesar 9,17%.

"Pertumbuhan industri manufaktur membutuhkan dukungan dari kementerian lain, perkebunan karet dan kako bukan domain kita," pungkasnya.

Untuk diketahui, volume produk cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cake, dan cocoa powder diekspor sebesar 327.091 ton atau 80% dari total produksi nasional, yang diekspor ke 96 negara.

Selain produk kakao olahan, produk cokelat juga sudah mulai menunjukkan kinerjanya melalui kontribusi ekspor sebesar USD76 juta. Nilai ekspor produk cokelat tahun 2022 meningkat 9,59% dibandingkan tahun 2021.

Saat ini, kemampuan manufaktur dan pengolahan kakao intermediate di Indonesia telah mampu menarik investasi dari 11 produsen kakao terkemuka dari seluruh dunia, mempekerjakan kurang lebih 2.500 tenaga kerja langsung dengan kapasitas produksi 739.250 ton per tahun untuk cocoa butter, cocoa liquor, cocoa powder, dan cocoa cake.

Sementara itu, di kelompok industri olahan kakao hilir, terdapat 900 perusahaan industri pengolahan cokelat dengan kapasitas terpasang 462.126 ton/tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper