Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo atau Jokowi memproyeksikan harga minyak mentah dunia tahun depan bakal relatif stabil kendati kekhawatiran tensi geopolitik Timur Tengah masih berlanjut hingga akhir tahun ini.
Proyeksi itu disampaikan Jokowi saat memberi Seminar Nasional Perekonomian Outlook Indonesia “Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global” yang diadakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Jokowi menuturkan hitung-hitungan harga minyak mentah itu dibuat selepas mendapat bisikan dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Kendati demikian, Jokowi mengatakan, dirinya masih mewaspadai gejolak yang masih berlanjut di Timur Tengah saat ini.
“Ketidakpastian global masih berlanjut, konflik Timur Tengah yang bisa memicu kenaikan harga minyak global masih ada meski tadi bu Menteri Keuangan bisik-bisik urusan harga minyak kelihatan tidak akan bergejolak naik lagi,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, tanda-tanda stabilitas harga minyak di pasar dunia mesti dinilai positif untuk menjaga arus kas negara ihwal subsidi energi yang telah terkerek naik sejak pandemi tiga tahun terakhir.
Hanya saja, kata Jokowi, pemerintah belakangan menaruh perhatian pada isu pangan akibat turunnya produksi beras domestik akhir tahun ini.
Baca Juga
“Saya sedikit khawatir mengenai urusan komoditas pangan El Nino produksi beras kita turun, di 2024 juta kita kita perkirakan masih akan belum kembali ke normal,” kata dia.
Seperti diketahui, harga minyak mentah berfluktuasi setelah menguat tiga hari berturut-turut, karena kekhawatiran melonjaknya produksi Amerika Serikat (AS) di tengah ancaman serangan Houthi di Laut Merah.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (21/12/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 menguat 0,3% atau 0,22 poin ke level US$74,44 per barel pada pukul 16.36 WIB. Harga minyak WTI sempat melemah ke US$74,21 sebelum kembali ke zona hijau.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Februari 2024 menguat 0,29% atau 0,23 poin ke US$79,93 per barel pada pukul 16.36 WIB.
Berdasarkan data pemerintah pada Rabu (20/12) menunjukan produksi minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi baru sebesar 13,3 juta barel per hari (bph) pada minggu lalu.
Harga minyak mentah pada minggu ini juga telah menguat lantaran meningkatnya serangan di Laut Merah yang mendorong para pengirim barang untuk mengalihkan rute kapal-kapalnya.
Meskipun demikian, minyak diperkirakan akan mengalami penurunan tahunan pertama sejak 2020, karena investor yang tidak yakin bahwa OPEC+ dapat memperketat pasar pada kuartal berikutnya, meskipun kelompok tersebut mengambil keputusan untuk memperpanjang pembatasan pasokan mereka.
Adapun, keputusan tersebut juga diambil seiring peningkatan produksi dari negara-negara di luar OPEC+, termasuk AS, Guyana dan Brasil.
Kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd Vishnu Varathan mengatakan bahwa pasar ini memiliki banyak ketegangan, utamanya pada ketegangan suplai.
"Ada sentimen Laut Merah tetapi juga ada rekor produksi AS dan tanda-tanda OPEC kehilangan cengkeraman pada disiplin kuota,” jelas Varathan.