Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melihat kondisi perdagangan luar negeri Indonesia relatif masih mampu terjaga. Hal tersebut tercermin dari neraca perdagangan yang surplus selama 43 bulan berturut-turut.
Sri Mulyani menyampaikan, meski surplus, ekspor masih mengalami tekanan seiring dengan pelemahan ekonomi global yang terkontraksi 8,6% (year-on-year/yoy) per November 2023.
“Dengan posisi ini kita masih bisa berharap bahwa keseimbangan eksternal kita masih relatif bisa terjaga,” ungkapnya dalam Konferensi Pers APBN Kita, Jumat (15/12/2023).
Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pagi ini, Total ekspor November 2023 mencapai US$22 miliar dan impor senilai US$19,59 miliar. Dengan demikian neraca dagang RI di angka US$2,41 miliar.
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menilai kinerja ekspor 2023 memang terkontraksi akibat baseline 2022 yang cukup tinggi.
Meski demikian, dirinya memproyeksikan kinerja ekspor 2024 akan mulai kembali normal.
Baca Juga
“Akan tetapi kalau kita melihat 2024, dibandingkan dengan 2023, performance ekspor kita sudah akan terlihat normal. Ini jadi sumber pertumbuhan bagi ekonomi kita,” jelasnya.
Sementara secara sektoral, Febrio melihat sektor manufaktur masih berpeluang besar dengan hilirisasi yang berlanjut.
Selain itu, sektor pariwisata, seperti transportasi dan akomodasi yang semakin baik menjadi penopang kinerja perdagangan tersebut.
BPS mencatat surplus neraca dagang ini ditopang oleh surplus komoditas nonmigas, yaitu sebesar US$4,62 miliar dengan komoditas penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), dan besi baja (HS 72).
Sementara defisit disumbang oleh komoditas migas yang defisit US$2,21 miliar pada November 2023, utamanya dari hasil minyak dan minyak mentah.
Sebagai catatan, kinerja impor Tanah Air terus tumbuh dan tercatat senilai US$19,59 miliar atau naik 4,89% secara bulanan (month-to-month/mtm) dibandingkan Oktober 2023.
Sementara nilai ekspor Indonesia pada November 2023 senilai US$22 miliar atau turun cukup dalam sebesar 8,56% (mtm) atau turun tipis sebesar 0,67% dibandingkan Oktober 2023 yang mencapai US$22,15 miliar.