Bisnis, JAKARTA - Pemerintah kembali memberi angin segar bagi pelaku usaha dengan insentif berupa diskon pajak bumi dan bangunan (PBB) di lima sektor usaha. Hal ini dilakukan di tengah prospek ekonomi nasional yang menantang, meski ada kekhawatiran berkurangnya pendapatan negara.
Payung hukum tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 129/2023 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan telah diundangkan pada 30 November 2023.
Kelima sektor industri yang mendapat pengurangan PBB di antaranya adalah perkebunan, kehutanan, pertambangan mineral atau batu bara, panas bumi, dan sektor di luar perikanan tangkap dan pembudidayaan ikan yang terdapat hasil produksi.
Selain soal insentif pajak baru, terdapat pula informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Kamis (14/12/2023), di antaranya adalah:
1. Dua Mata Pisau Insentif Fiskal
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 129/2023 menyebutkan bahwa pemerintah menjanjikan pembebasan PBB hingga 75% dan maksimal 100% dengan syarat tertentu. Perusahaan yang mendapatkan keringanan dibatasi bagi yang mengalami kerugian komersial dan kesulitan likuiditas selama 2 tahun berturut-turut.
Upaya ini merupakan langkah terbaru pemerintah untuk menjaga tenaga dunia usaha dan meringankan beban keuangan dalam menghadapi tekanan global.
Kendati demikian, insentif pajak yang terlalu jor-joran dikhawatirkan dapat memperketat kantong penerimaan negara, di tengah target pajak yang ambisius.
2. Kalangan Milenial Dominasi Ceuk Pasar Properti Hunian di 2024
Pasar properti di tahun 2024 diprediksi akan semakin meningkat, terutama untuk hunian segmen pasar milenial.
Wakil Ketua Umum DPP Real Rstat Indonesia (REI) Ikang Fawzi mengatakan potensi pasar hunian milenial di Indonesia masih sangat besar. Pasalnya, dari 270 juta jiwa masyarakat Indonesia, sekitar 25% atau 38 juta jiwa merupakan generasi milenial yang berusia diantara 27 tahun hingga 39 tahun dengan penghasilan Rp8,5 juta per bulan. Dari 38 juta jiwa milenial tersebut, sebesar 15 juta jiwa berada di Jabodetabek.
Menurutnya, kalangan milenial dapat berpotensi sebagai penggerak pertumbuhan sektor properti saat ini dan masa depan. Hal ini ditandai dengan tren minat generasi milenial untuk membeli properti yang mengalami peningkatan.
3. Kejar Peluang Bisnis Asuransi Perjalanan di Momen Nataru
Bisnis penjamin kesehatan dapat mengambil peluang untuk memperbesar kontribusi produk asuransi perjalanan seiring dengan momen liburan Natal dan Tahun Baru 2024. Kondisi itu juga didukung dengan pencabutan status pandemi sehingga destinasi wisata kembali menggeliat.
Situasi tersebut tercermin dari data survei Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) yang memperkirakan sebanyak 107,63 juta orang yang akan melakukan perjalanan pada libur Nataru Tahun 2023/2024. Artinya ada peningkatan mencapai 143% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Prediksi momen liburan tahun lalu hanya sekitar 44,17 juta orang yang melakukan perjalanan.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memandang normalisasi mobilitas mendorong peningkatan kinerja bisnis sektor riil, sehingga dapat meningkatkan permintaan asuransi umum, terutama berkaitan dengan adanya kenaikan permintaan asuransi perjalanan.
4. Rapor Dana Murah Bank Digital, Masih Rendah
Persaingan bank digital di Tanah Air makin sengit menjelang tutup tahun 2023. Bank digital yang makin agresif memperbesar porsi dana murah atau current account savings accounts (CASA).
Dana murah memang terus diincar, hal ini lantaran porsian yang besar dinilai mampu mendongrak bank menjadi lebih lincah dalam meningkatkan profitabilitas. Lengkapnya, hal ini dilakukan agar beban bunga perbankan makin ringan, sehingga margin bunga bersih terjaga dan akan membuat langkah bank lebih ringan dalam mencetak laba.
Sayangnya, kebanyakan bank digital memiliki rasio CASA di bawah rata-rata industri. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia September 2023, total Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan mencapai Rp8.147,17 triliun, di mana sebanyak 61,97% merupakan dana murah.
5. Langkah Baru Medco Atas Blok Migas di Oman
Emiten migas milik Keluarga Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menyelesaikan akuisisi 20% kepemilikan dua Exploration and Production Sharing Agreements (EPSA) OQ Exploration & Production LLC (OQEP) di Kesultanan Oman.
Medco Energi mengakuisisi 20% kepemilikan atas EPSA produksi Blok 60 dan 20% kepemilikan atas EPSA eksplorasi Blok 48, keduanya berlokasi di darat, tepatnya di bagian barat Oman dekat perbatasan Arab Saudi.
Blok 60 mencakup area seluas 1.485 kilometer persergi dan memproduksi sekitar 63 mboepd dari lapangan minyak Bisat dan lapangan gas Abu Butabul, kontrak EPSA akan berakhir pada 2048.