Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Turunkan Outlook Obligasi China, Ekonom Beri Respon Penolakan

Para ahli ekonomi China menolak pandangan Moody’s terhadap penurunan prospek obligasi pemerintah.
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China./REUTERS-Stringer
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China./REUTERS-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - Para ahli ekonomi China merespon negatif kebijakan Moody's Investors Service setelah menerbitkan kebijakan penurunan prospek bligasi pemerintah China. Para ahli itu meragukan para peneliti Moody's dengan mempertanyakan pemahaman mereka terhadap perekonomian Negara Tirai Bambu. 

Wakil direktur penelitian makroekonomi di Pusat Penelitian Pembangunan Dewan Negara, Feng Qiaobin, menuturkan bahwa Moody's menurunkan prospek menjadi negatif berdasarkan informasi lama tentang pasar properti dan mengabaikan serangkaian kebijakan pendukung yang baru-baru ini diumumkan. 

“Pemahaman lembaga pemeringkat mengenai cara kerja perekonomian Tiongkok dan fungsi pemerintah Tiongkok tidak cukup mendalam dan tidak mencerminkan kenyataan,” terang Feng, seperti dikutip dari BloombergRabu (6/12/2023). 

Ia juga menilai lembaga pemeringkat tersebut melebih-lebihkan ketergantungan anggaran fiskal China pada pendapatan dari sektor properti. 

Pemerintah China juga mengkritik perubahan prospek Moody's sejak diumumkan pada hari Selasa (5/12/2023). 

Kementerian Keuangan China menyatakan bahwa perekonomian negara akan sangat tangguh dan memiliki potensi besar, dan dampak penurunan properti dapat dikendalikan dengan baik.

Lembaga pemeringkat terkemuka China, yakni China Chengxin International Credit Rating Co., membela  kelayakan kredit utang negara tersebut dengan menyatakan bahwa prospek obligasi tersebut stabil. 

Dalam laporannya, lembaga pemeringkat China tersebut menekankan bahwa negara Tirai Bambu masih memiliki banyak ruang untuk mengendalikan peningkatan risiko utang jika dibandingkan dengan negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Profesor di Universitas Pusat Keuangan dan Ekonomi di Beijing, Qiao Baoyun, juga mengkritik bahwa pandangan Moody’s mengenai risiko utang yang dihadapi oleh lembaga pembiayaan pemerintah daerah tidaklah akurat. 

Menurutnya, hal ini karena pemerintah telah mengumpulkan sejumlah besar aset berkualitas setelah bertahun-tahun melakukan investasi infrastruktur yang seharusnya dipertimbangkan.

Media negara China juga memberikan gambaran optimis untuk saham domestik pada tahun 2024. Securities Times, dalam laporan yang mengutip para analis menuturkan bahwa ekuitas akan mengalami “pasar bullish ringan” karena kebijakan pemerintah membantu perekonomian. 

PBOC juga meningkatkan dukungannya terhadap yuan melalui penetapan harian.  Kesenjangan antara nilai referensi harian dan perkiraan rata-rata dalam survei Bloomberg merupakan yang terbesar dalam lebih dari dua minggu, menjadi tanda bahwa China meningkatkan upayanya untuk mencegah penurunan mata uang.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper