Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah usaha pertanian dalam Sensus Pertanian (ST) 2023 sebanyak 29,36 juta unit atau turun 2,35 juta unit.
Jumlah tersebut turun 7,42% jika dibandingkan dengan ST2013 yang tercatat sebanyak 31,71 juta unit.
Sekretaris Utama Kepala BPS Atqo Mardiyanto menyampaikan hal ini sebagai imbas dari pengalihfungsian lahan.
“Makin ke sini 10 tahun bagaimana pun lahan pertanian berubah,” ujarnya usai Diseminasi Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap I di Ritz Carlton, Senin (4/12/2023).
BPS membagi usaha pertanian di Indonesia menjadi tiga jenis unit usaha, yaitu usaha pertanian perorangan (UTP), perusahaan pertanian berbadan hukum (UPB), dan usaha pertanian lainnya (UTL).
Per 2023, jumlah UTP pada 2023 sebanyak 29,34 juta unit atau turun 2,36 juta unit (-7,45%) dari ST2013 sebanyak 31,7 juta unit.
Baca Juga
Sementara itu, jumlah UPB pada 2023 tercatat sebanyak 5.705 unit atau naik 35,54 persen dari 2013 sebanyak 4.209 unit. Untuk UTL, tercatat naik 116,08% dari 5.982 unit menjadi 12.926 unit.
Atqo menjelaskan, bahwa kondisi penurunan baik untuk usaha pertanian khususnya UTP terjadi bukan hanya perubahan lahan, namun juga berbagai faktor seperti SDM.
Di mana saat ini petani didominasi oleh generasi X atau usia di atas 43 tahun dengan komposisi 42,39% dari total petani. Sementara generasi milenial mencakup 25,61%.
Di sisi lain, Atqo melihat tren generasi milenial saat ini yang melakukan urban farming menjadi indikator tingkat regenerasi di sektor pertanian.
UTP urban farming adalah UTP di daerah perkotaan yang mengusahakan pertanian di lahan terbatas yang sebagian besar media tanam tidak di permukaan tanah, serta menggunakan teknologi hidroponik, aquaponic, hingga vertikultur.
BPS mencatat UTP urban farming di Indonesia mencapai 13.019 unit, di mana kegiatan ini paling banyak berada di Provinsi Jawa Barat, sebesar 3.231 unit UTP.