Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah tengah mengantisipasi target ambisius baru ihwal Nationally Determined Contributions (NDC) yang mungkin disepakati dalam Conference of the Parties atau COP 28 akhir tahun ini.
“Memang ada isu baru mengenai target NDC baru yang tiga kali lipat dari yang sebelumnya di COP27,” kata Arifin kepada awak media di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/12/2023).
Arifin mengatakan, kementeriannya masih mempelajari ihwal kemungkinan peningkatan target NDC tersebut yang menjadi topik bahasan dalam COP 28.
Menurut dia, Indonesia relatif belum memiliki kemampuan cukup untuk mengejar target NDC yang ingin dikerek dari kesepakatan COP tahun sebelumnya.
Dia berharap target NDC di Indonesia mendapat dukungan dari dunia internasional nantinya.
“Kita harus sesuai dengan kemampuan kita sendiri, tentu saja akselerasinya tuh harus berkaitan dengan dukungan sama-sama, jadi yang kuat bantu yang kurang kuat,” kata dia.
Baca Juga
Konferensi Para Pihak anggota The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), yaitu COP ke-28 berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab pada 30 November—12 Desember 2023. Para pemimpin negara akan membahas berbagai isu soal krisis iklim di sana.
Negara-negara kaya sebenarnya telah mencatatkan preseden buruk dengan kegagalan memenuhi komitmen mobilisasi dana US$100 miliar per tahun ke negara-negara berkembang untuk penanganan dampak perubahan iklim. Kini, komitmen pendanaan itu seperti hanya setetes air di lautan yang luas.
Menurut perkiraan terbaru, negara-negara berkembang membutuhkan duit tak kurang dari US$2,4 triliun pada 2030 yang berasal dari gabungan pemerintah dan sektor swasta.
"Kegagalan negara-negara maju untuk memenuhi janji US$100 miliar telah menjadi titik ketegangan sejak lama. Untuk membangun kembali kepercayaan, penting bagi kita untuk benar-benar melihat negara-negara maju berpartisipasi dalam proses tersebut dan secara transparan melaporkan pemenuhan janji tersebut," kata Mohammed Adow, Direktur Power Shift Africa, dikutip Bloomberg, Rabu (29/11/2023).
Pada hari-hari pertama COP28, Uni Emirat Arab (UEA), sang tuan rumah, diperkirakan akan mengumumkan dana sebesar US$25 miliar untuk memacu investasi energi ramah lingkungan.
Selain itu, akan ada sebagian pendanaan konsesi di bawah harga pasar untuk membantu negara-negara berkembang meningkatkan investasi dalam aksi iklim. Menurut sumber yang mengetahui masalah itu, rinciannya belum disepakati.
Sementara itu, program pendanaan Just Energy Transition Partnership atau JETP di sejumlah negara seperti Indonesia, Afrika Selatan, dan Vietnam, seperti menemukan momentum akselerasi jelang pelaksanaan COP28, setelah selama ini berjalan dengan sangat lambat.