Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ungkap Tantangan Utama Pasar Keuangan di Tahun Politik 2024

Berbagai sentimen global, dari inflasi hingga kondisi perang di Israel-Palestina maupun Rusia-Ukraina, akan mempengaruhi pasar keuangan di tahun politik 2024.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menilai berbagai sentimen global, mulai dari inflasi hingga kondisi perang di Israel-Palestina maupun Rusia-Ukraina, akan mempengaruhi pasar keuangan di tahun politik 2024.  

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual mengungkapkan bahwa tensi geopolitik yang semakin memanas akan berpengaruh terhadap harga minyak dunia dan pada akhirnya menentukan arah Fed Fund Rate. 

“Tantangan utama masih terkait kondisi eksternal seperti kondisi geopolitik dan pengaruhnya terhadap harga minyak dan arah suku bunga The Fed,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (29/11/2023). 

Untuk itu, dirinya meminta baik Bank Indonesia maupun pemerintah terus mengoptimalkan sederet instrumen penjaga rupiah, seperti Devisa Hasil Ekspor (DHE), Sekuritas Rupiah BI, Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), serta Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). 

Senada, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad juga menilai bahwa instrumen yang dikeluarkan BI telah cukup mendukung rupiah. Namun, perlu memaksimalkan instrumen yang ada untuk menstabilkan rupiah di tengah guncangan global. 

Tauhid melihat dari sisi global, The Fed masih akan berpotensi akan kembali memperketat suku bunga acuannya pada kuartal pertama 2024. Mengingat, Dana Moneter Internasional (IMF) pun memproyeksikan inflasi global masih akan tinggi di level 5,8% pada 2024. 

“Kemungkinan, tantangan terbesar The Fed masih mungkin punya eager kenaikan fed fund rate sekali di kuartal pertama [2024], setelah itu akan tahan suku bunga,” ungkapnya. 

Selain itu, pada 2024 juga diproyeksikan pertumbuhan ekonomi masih akan tertahan dan berdampak pada ekonomi domestik, utamanya ekspor dan impor. 

Terlebih, kondisi neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2023 yang tercatat masih defisit senilai US$1,5 miliar. 

Meski demikian, defisit tersebut membaik dibandingkan dengan pada kuartal II/2023 sebesar US$7,4 miliar. Perkembangan tersebut ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial yang membaik.  

Transaksi berjalan pada kuartal III/2023 tercatat defisit US$0,9 miliar atau 0,2% dari PDB, jauh lebih rendah dari defisit US$2,2 miliar atau 0,6% dari PDB pada kuartal sebelumnya. 

Meski demikian, Tauhid memperkirakan BI masih akan terus menahan suku bunga acuan di tengah rupiah yang terus menunjukkan penguatan mendekati Rp15.000 per dolar AS. 

“Saya kira BI masih akan menahan suku bunganya dan belum akan buru buru menurunkan suku bunga, mungkin baru akan turun pada kuartal II/2024,” ujarnya. 

Adapun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan akan terus mewaspadai sederet tantangan ke depan. 

“Kita waspada ke depan, karena dunia belum akan ramah pada 2024. Kita harus optimis dan yakin dengan satu semangat sinergi,” ujarnya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (29/11/2023). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper