Bisnis.com, JAKARTA - Asean dinilai sebagai salah satu pasar internet dengan pertumbuhan tercepat. Pengeluaran daring (online spending) diperkirakan meningkat tiga kali lipat menjadi US$330 miliar pada 2025 dan bernilai hingga US$1 triliun pada 2030, atau sekitar Rp15,5 kuadriliun.
Hal tersebut dilaporkan dalam laporan Asean Matters for America, America Matters for Asean Edisi ke-6 yang diluncurkan pada Senin (27/11/2023), diperkirakan bahwa ritel daring mencapai 11% dari total belanja di enam negara Asean, naik hanya 5% sebelum pandemi.
Mantan Duta Besar AS untuk Malaysia Brian McFeeters, SVP & Direktur Pelaksana Regional Dewan Bisnis US-Asean, ketika ditemui dalam acara perilisan laporan tersebut menuturkan bahwa dengan dukungan pemerintah dan bisnis, maka ekonomi internet jauh lebih berkembang.
“Laporan ini mengatakan bahwa ekonomi internet bisa mencapai US$1 triliun, dua kali lipat dari sekarang dalam beberapa tahun. Jadi, ada peluang pertumbuhan yang sangat besar di bidang itu,” jelasnya.
Oleh karena itu, McFeeters menyatakan bahwa ia setuju ada peluang pertumbuhan pertumbuhan yang luar biasa. Menurutnya, selama periode Covid, terdapat sejumlah orang yang menyesuaikan diri sehingga membentuk perusahaan kecil dan banyak dari mereka yang menemukan cara untuk online, dan banyak juga yang tidak melakukan cara tersebut.
Baca Juga
“Saya pikir mungkin sekitar setengah dari perusahaan di Indonesia, misalnya, sudah online, dan setengahnya lagi berpotensi untuk online,” terangnya.
Adapun, Asean merupakan salah satu pasar internet dengan pertumbuhan tercepat dengan 460 juta pengguna internet aktif, meningkat 60 juta pengguna sejak dimulainya pandemi. Asean juga wilayah yang sebagian besar mengutamakan seluler dengan hampir 934 juta langganan seluler aktif, hampir 1,5 kali lipat dari populasi populasinya.
Tren ini didorong oleh adopsi e-commerce yang semakin meluas di kawasan Asean, baik di perkotaan maupun pinggiran kota. Lebih dari 20 juta pedagang telah memanfaatkan platform e-commerce untuk bertransaksi.
Kemudian, pembayaran digital juga mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Dalam satu tahun, pembayaran digital di Asean telah meningkat hampir US$100 miliar, hingga mencapai US$806 miliar, menandakan peningkatan 35% dari sebelum pandemi.
Kerja Sama Ekonomi Digital AS-Asean
Wakil Sekretaris Jenderal Asean untuk Komunitas Politik-Keamanan ASEAN H.E. Robert Matheus Michael Tene juga mengungkapkan bahwa pihaknya baru saja mengumumkan negosiasi Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital yang diharapkan selesai dalam dua tahun ke depan.
“Dan setelah perjanjian ini selesai, ini akan sangat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi digital kita,” jelas Tene yang juga hadir dalam acara tersebut.
Tene kemudian menuturkan bahwa Asean-US Trade and Investment Facilitation Agreement (TIFA) siap untuk mengatasi kesenjangan digital dengan fokus pada UMKM sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dan inovasi. UMKM juga dinilai sering menghadapi tantangan dalam beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital.
“Kerangka kerja ini menyadari hal ini dan berupaya menjembatani kesenjangan digital dengan memfasilitasi transfer teknologi, menyediakan program peningkatan kapasitas, dan membina ekosistem di mana UMKM dapat berkembang dalam lanskap digital,” terangnya.
McFeeters juga mengungkapkan bahwa UMKM menyumbang 85% dari lapangan kerja di seluruh Asean. Ia menilai karena kehadiran perusahaan AS di kawasan ini, ia melihat peningkatan kemampuan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjadi bagian dari ekonomi digital yang seharusnya, dan mungkin berlipat ganda dalam lima tahun.
“Jadi, perusahaan-perusahaan AS di sini membantu perusahaan-perusahaan kecil dan ASEAN untuk bergabung dalam ekonomi internet,” jelasnya.
Dalam laporan, diungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi AS memiliki posisi pasar yang dominan dalam sektor mereka di Asia Tenggara.
Apple menguasai rata-rata sebesar 25% pangsa pasar dalam ponsel. Google menguasai 97% pangsa pasar di antara mesin pencari, dan Meta, utamanya Facebook, menguasai 52% pangsa pasar platform media sosial.