Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja perdagangan ekspor-impor Indonesia pada 2024 diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan pada 2023 atau 2022 lantaran melemahnya ekonomi dunia pada tahun depan.
Menurut Bank Dunia (World Bank), ekspor Indonesia hanya tumbuh sebesar 9%, sedangkan impor hanya 9,4%.
“Kalau kita lihat, ini lebih rendah dibandingkan 2023 atau 2022 karena pelemahan ekonomi dunia di tahun depan. Ekonomi kan relatif stagnan, otomatis growth ekspor impor kita melemah,” kata Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad dalam Bisnis Indonesia Business Challenges 2024, Kamis (23/11/2023).
Sementara itu, meski China masih menjadi negara utama tujuan ekspor dibandingkan negara-negara lain, Tauhid menyebut Indonesia perlu melihat kondisi pasar ke depan.
“Kalau kita lihat terjadi tren penurunan hampir 80% sekitar 10 negara kontribusinya, namun 4 kontribusi utama China, AS, Jepang, dan Korea Selatan 42%. Ini harus hati-hati,” ujarnya.
Indef memperkirakan, pertumbuhan ekonomi beberapa negara seperti China, AS, Jepang, dan Korea Selatan menurun pada 2024. Itu artinya, ada penurunan pada pangsa ekspor Indonesia.
Baca Juga
Adapun sejumlah komoditas utama seperti ekspor besi dan baja, mineral, termasuk batu bara diproyeksi akan terdampak dari pelemahan ekonomi keempat negara tersebut.
Di tengah melemahnya ekonomi negara mitra utama Indonesia, negara-negara lain justru tumbuh positif pada tahun depan. Pertumbuhan positif di negara-negara itu dinilai perlu untuk dimanfaatkan oleh Indonesia guna mengembangkan pasar ekspornya.
Dalam paparannya, permintaan volume pasar akan potensial di Amerika Utara sebesar 2,2%, Amerika Selatan 3,3%, dan Asia 5,8%.
Di sisi lain, harga sejumlah komoditas diprediksi stagnan pada tahun depan, salah satunya batubara. Hanya minyak mentah saja yang kemudian bisa meningkat.
“Kalau diprediksi bisa tembus di atas US$80-an,” ungkapnya.
Harga komoditas pangan lainnya juga diprediksi turun pada tahun depan, meski harga minyak sawit diproyeksi sedikit bergejolak pada 2024.
“Komoditas pangan lainnya relatif turun, palm oil sedikit bergejolak tapi tidak terlalu tinggi dan yang lain saya juga beberapa akan terjadi penurunan tahun depan,” pungkasnya.