Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom melihat sederet instrumen dalam menjaga nilai tukar rupiah sudah lengkap, baik yang pemerintah keluarkan atau Bank Indonesia (BI).
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menyampaikan bahwa instrumen-instrumen tersebut perlu didalami untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Semua instrumen sebenarnya sudah ada tinggal dilakukan sosialisasi dan pendalaman dari instrumen dan kebijakan-kebijakan tersebut,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/11/2023).
Selama 2023, pemerintah telah menyiapkan kebijakan untuk stabilitas rupiah, yaitu penempatan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) di dalam negeri, serta sekuritas rupiah BI (SRBI) yang sudah berjalan.
Di sisi lain, David melihat pengambil kebijakan dapat memberikan imbas hasil yang lebih menarik untuk ikut menjaga rupiah, selain intervensi melalui valuta asing atau valas.
“Bisa juga imbal hasil yang menarik dan kebijakan suku bunga BI,” lanjutnya.
Baca Juga
Sementara itu, instrumen tambahan yang ditujukan menjaga rupiah seperti sekuritas valas BI (SVBI) dan sukuk valas BI (SUVBI) baru akan diimplementasikan pada 21 November 2023.
Adapun, saat ini Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengamini bahwa implementasi kebijakan tarik pulang dolar hasil ekspor tersebut belum maksimal.
Kebijakan yang mulai sejak 1 Agustus 2023 tersebut memiliki potensi yang besar, karena Airlangga menyebutkan masih ada US$8 miliar atau Rp124 triliun (Rp15.500 per dolar AS) devisa yang diparkir di luar negeri, ketimbang Tanah Air.
“Kami akan lakukan evaluasi terkait DHE, karena belum maksimal dalam 3 bulan ini dan kami masih melihat potensi US$8 billion masih parkir di tempat lain,” ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).
Untuk memaksimalkan kebijakan dan menarik minat pengusaha, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan pemerintah dalam proses penggodokan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP).
Rancangan tersebut nantinya memberikan insentif tambahan bagi eksportir yang memarkirkan hasil ekspor di dalam negeri, bukan hanya parkir di instrumen miliki BI dalam term deposit (TD) valas, namun juga instrumen lainnya.
Dengan kinerja SDA sebagai komoditas ekspor utama, Sri Mulyani melihat adanya potensi tambahan likuiditas valas per tahun mencapai US$10 miliar – US$12 miliar.