Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 Saran Indef untuk Selamatkan Ekonomi RI di Akhir 2023

Ini 3 saran dari Indef untuk pemerintah demi selamatkan ekonomi Indonesia di akhir 2023.
Gedung-gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia
Gedung-gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development Economics and Finance (Indef) menilai ketidakpastian ekonomi masih akan membayangi kinerja ekonomi Indonesia pada akhir 2023 atau kuartal IV/2023, sehingga risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi masih mungkin berlanjut. 

Untuk itu, Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad melihat bahwa pemerintah dapat meredam ketidakpastian tersebut dengan melakukan tiga hal.

Pertama, pemerintah perlu mempertahankan daya beli masyarakat yang pada kuartal III/2023 menurun, dengan memanfaatkan momentum Natal dan Tahun Baru [Nataru],” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (7/11/2023).

Tauhid meyakini konsumsi masyarakat atau rumah tangga tersebut dapat ditingkatkan pada kuartal terakhir ini, terlebih dengan tidak ada kenaikan harga BBM subsidi. 

Selain itu, bantuan sosial yang terus ditambah tersebut perlu dilakukan reformasi agar jumlah penerima bansos menggunakan data terbaru, yang Tauhid sebutkan, lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. 

 Memasuki momen menjelang Pemilu 2024, dia menekankan belanja untuk pesta demokrasi tersbut perlu dioptimalkan untuk mendorong konsumsi masyarakat maupun sektor terkait. 

Pasalnya, pada kuartal III/2023 efek dari belanja Pemilu yang biasanya tercermin dari konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh melambat menjadi 6,21% dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 8,62%. 

Kedua, belanja pemerintah perlu dioptimalkan pada kuartal terakhir dengan mempercepat belanja modal. Di mana belanja negara hingga September 2023 baru terealisasi 64,3% dari target Rp3.061,2 triliun. 

Ketiga, Indef mendorong pemerintah untuk meningkatkan ekspor menuju India, Malaysia, Philipina, Singapura, Vietnam, Taiwan, dan Thailand di tengah penurunan pasar China, Jepang, dan Amerika yang kompak tercatat minus.  

“Hal ini perlu insentif dan pencegahan PHK industri yang terpengaruh dari pelemahan ekspor yakni industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri karet, barang dari karet dan plastik dan industri furnitur,” tuturnya. 

Setidaknya dengan sejumlah langkah tersebut, ekonomi Indonesia dapat bertahan di level 4,9% pada kuartal IV/2023. Meski tidak mencapai 5%, setidaknya tidak turun lebih dalam. 

“Dengan demikian masih terdapat peluang peningkatan belanja untuk masyarakat. Diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV/2023 sebesar 4,9%,” ujarnya.  

Pemerintah pun untuk kuartal terakhir tahun ini meluncurkan paket kebijakan berupa insentif sektor perumahan, bantuan pangan, dan bantuan langsung tunai atau BLT. Harapannya, ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh di atas 5%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper