Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) angkat bicara terkait permasalahan roda aus pada moda transportasi LRT Jabodebek.
Kemenhub telah berdiskusi dengan operator LRT Jakarta untuk turut membantu mempercepat proses pembubutan roda pada LRT Jabodebek.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal mengatakan masalah keausan roda LRT Jabodebek ditemukan setelah adanya evaluasi yang dilakukan Kemenhub serta pemangku kepentingan terkait lainnya.
Risal mengatakan, proses pembubutan roda kereta dilakukan untuk memastikan aspek keselamatan penumpang pada layanan LRT Jabodebek.
Seiring dengan hal tersebut, dia mengatakan Kemenhub telah berdiskusi dengan PT LRT Jakarta. Risal menuturkan, PT LRT Jakarta juga memiliki mesin bubut yang dapat digunakan oleh LRT Jabodebek untuk mengakselerasi proses perawatan roda tersebut.
"Saya juga ngomong ke teman-teman LRT Jakarta dan Jakpro, mereka punya mesin bubut yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat kalau harus dibubut," kata Risal dalam acara Groundbreaking Proyek LRT Jakarta fase 1B Velodrome-Manggarai di Stasiun Velodrome, Jakarta pada Senin (30/10/2023).
Baca Juga
Meski demikian, Risal tidak menyebut secara rinci jumlah mesin bubut roda yang dimiliki oleh LRT Jakarta. Dia juga tidak menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk membubut 1 rangkaian kereta LRT Jabodebek pada mesin bubut yang dimiliki LRT Jakarta.
Risal melanjutkan, Kemenhub bersama pihak terkait lainnya akan terus melakukan evaluasi dan perbaikan pada seluruh aspek LRT Jabodebek. Hal ini agar pelayanan terhadap masyarakat serta kualitas pada sarana serta prasarana menjadi lebih optimal.
Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyebut saat ini LRT Jabodebek beroperasi hanya dengan 9 rangkaian kereta (trainset) dan 131 perjalanan seiring dengan bertambahnya sarana yang memasuki masa perawatan di bagian roda.
Manajer Humas KAI Divisi LRT Jabodebek Kuswardojo pengurangan rangkaian dan frekuensi perjalanan ini terpaksa dilakukan seiring dengan kondisi roda pada 18 trainset yang harus memasuki masa perawatan.
Pengurangan frekuensi perjalanan berimbas pada waktu kedatangan antarkereta yang menjadi makin lama. Kuswardojo mengatakan, headway LRT untuk jam sibuk adalah sekitar 30 menit-40 menit.
Sementara itu, waktu kedatangan antarkereta pada jam non-sibuk, atau pada pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB dapat lebih lama menjadi sekitar 1 jam.
"Kami saat ini mengurangi frekuensi perjalanan pada non peak hours di antara jam 10.00 WIB hingga 15.00 WIB. Keberangkatan pada rentang jam tersebut menjadi sekitar 1 jam dan kami perpanjang keberangkatan terakhir menjadi jam 20.12 WIB," kata Kuswardojo.