Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang menyoroti dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sektor properti nasional.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih mengalami pelemahan. Pagi ini, Rabu (25/10/2023) keperkasaan dolar mendorong rupiah dibuka memerah di posisi Rp15.870 per dolar.
Wakil Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, menyoroti kemungkinan terjadinya peningkatan biaya konstruksi yang akan ditanggung oleh pengembang.
"Kurs rupiah yang nyaris Rp16.000 membuat kondisi perekonomian kian berat. Biaya konstruksi juga [diperkirakan] akan naik," kata Bambang kepada Bisnis, Rabu (25/10/2023).
Dalam laporan yang dibagikan, REI memproyeksi bahwa gejolak dolar AS akan berdampak besar pada proyek perumahan yang memerlukan material impor tinggi.
"Gejolak USD yang berlebihan mempengaruhi [sektor properti], kecuali properti dengan kandungan material impor yang relatif tidak banyak. Tingkat harga barang kebutuhan terutama pangan dan BBM khususnya akan mengakibatkan inflasi," jelas REI dalam laporannya.
Baca Juga
Di samping itu, REI menilai tekanan rupiah juga akan mempengaruhi psikologis masyarakat untuk memegang mata uang dolar dan dikhawatirkan akan memperlambat daya beli.
"Peningkatan USD secara historis mempengaruhi keputusan untuk membeli properti yang juga dibayangi keraguan terhadap developer untuk bisa menyelesaikan proyeknya. Alhasil, pembeli akan berhati-hati untuk investasi [sektor perumahan]," ujarnya.
Sementara itu, pada sektor retail pengaruh gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berpotensi memantik terjadinya inflasi. Dalam kondisi tersebut, maka spending power untuk sektor non-essensial akan berkurang.