Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Lithium Terbesar Dunia Batal Akuisisi Tambang di Australia Rp65,8 Triliun

Produsen lithium terbesar di dunia Albemarle Corp membatalkan rencana akuisisi perusahaan pertambangan Australia Liontown Resources Ltd.
Kolam air garam di tambang lithium di Calama, wilayah Antofagasta, milik produsen lithium terbesar di dunia, Albemarle Corp./Bloomberg
Kolam air garam di tambang lithium di Calama, wilayah Antofagasta, milik produsen lithium terbesar di dunia, Albemarle Corp./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen lithium terbesar di dunia, Albemarle Corp, membatalkan akuisisi perusahaan pertambangan Australia Liontown Resources Ltd senilai US$4,2 miliar atau sekitar Rp65,8 triliun. 

Mengutip Bloomberg, Senin (16/10/23) Albemarle telah mengejar targetnya yang berbasis di Perth selama berbulan-bulan untuk menambah produksi baru. Namun dalam beberapa minggu terakhir, perusahaan tersebut harus berhadapan dengan Gina Rinehart, wanita terkaya di Australia dan taipan pertambangan. 

Rinehart, dengan saham Hancock Prospecting Ltd miliknya secara perlahan membeli saham Liontown hingga mencapai 19,9%, membuatnya menjadi pemegang saham terbesar dengan pengaruh yang cukup untuk menghalangi pemungutan suara dalam kesepakatan tersebut. 

”Albemarle telah memberi tahu Liontown bahwa keputusan untuk menarik proposalnya disebabkan oleh semakin rumitnya pelaksanaan transaksi,” tulis Liontown dalam keterbukaan informasi di bursa Australia, Senin (16/10).

Diketahui bahwa penawaran “terbaik dan terakhir” dari perusahaan Amerika Serikat (AS) tersebut sebesar A$3 per saham, yang dibuat pada awal September 2023 hampir 100% lebih tinggi dari harga sebelum proposal akuisisi awal Albemarle pada Maret 2023. 

Adapun pada pekan lalu, Albemarle juga memperpanjang uji tuntas terhadap Liontown selama tujuh hari.

Rinehart, sang miliarder yang memperoleh kekayaan dari tambang bijih besi di Australia Barat belum memberikan alternatif untuk rencana pengambilalihan Albemarle. Namun, Hancock menuturkan dalam pernyataan Rabu (11/10) bahwa mereka mencari pengaruh yang besar dalam masa depan Liontown. Kepemilikan sahamnya saat ini juga berada tepat di bawah level 20% yang akan memicu penawaran wajib.

Sang miliarder tersebut bertaruh pada lithium disaat konsumsi bahan pembuatan baja di China memburuk. Kemudian, prospek permintaan lithium sebagai bahan baterai utama, juga tetap kuat lantaran didorong oleh transisi energi bersih. 

Liontown, yang aset utamanya adalah  proyek lithium yang menjanjikan di Kathleen Valley, pada Senin (16/10) menuturkan bahwa mereka telah meminta penangguhan perdagangan karena pihaknya berupaya untuk menyelesaikan pendanaan.

Hancock sendiri sebelumnya telah mengkritik pengembangan Liontown dan menyoroti  "eksekusi, peningkatan operasional, dan risiko pasar,", namun juga mengatakan bahwa mereka berharap dapat berpartisipasi sebagai pemegang saham.

“[Rinehart] bisa bersabar di sini,” jelas analis di Jarden Securities, Jon Bishop, yang juga menuturkan bahwa pada waktunya mungkin ada ruang untuk  “kolaborasi” antara Hancock dan pihak lain untuk pemrosesan hilir di Australia.

Bishop mengatakan bahwa Liontown mungkin akan mendapati bank-bank yang kurang berminat untuk mendanai operasi bawah tanahnya di Kathleen Valley, terutama karena harga litium yang tidak stabil.

Ia juga melihat "kemungkinan yang sangat tinggi" untuk melakukan penjualan saham untuk mendanai pengembangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper