Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah 0,51 persen atau 79 poin ke level Rp15.692 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (9/10/2023).
Di saat nilai tukar rupiah melemah di hadapan dolar AS, indeks mata uang negeri negeri Paman Sam tersebut justru melesat 0,50 persen atau 0,53 poin ke 106,57.
Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai bahwa tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjadi seiring dengan memanasnya kawasan Timur Tengah usai kelompok Hamas Palestina mengirim serangan dadakan ke Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Kondisi ini pun dikhawatirkan dapat memicu kenaikan harga minyak mentah dunia. Ketika harga minyak dunia melesat, lanjut Ibrahim, maka Indonesia perlu mengeluarkan dana yang lebih besar untuk mengimpor minyak mentah.
"Jika ketegangan ini berlanjut, maka biaya impor akan semakin mahal dan berarti BBM non subsidi akan semakin mahal. Kalau bahan bakar dinaikan, harga komoditas dalam negeri akan relatif lebih mahal. Hal ini yang membuat rupiah kembali melemah," tutur dia ketika dihubungi Bisnis, Senin (9/10/2023).
Adapun, Ibrahim memprediksi bahwa sentimen konflik Israel dan Palestina akan membuka potensi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menuju ke kisaran Rp15.800 pada pekan ini.
Baca Juga
Di hubungi terpisah, Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan bahwa terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang AS juga menjadi imbas dari membaiknya data ekonomi AS, misalnya seperti data tenaga kerja AS yang berada di atas ekspektasi.
"Hasil ini mengindikasikan kondisi ketenagakerjaan AS masih solid dan mendukung kebijakan suku bunga tinggi AS untuk mengendalikan atau menurunkan inflasi ke target 2 persen," sambungnya.
Selain itu, menguatnya indeks dolar AS juga ditopang oleh sentimen konflik kelompok Hamas Palestina dan Israel yang telah menyebabkan jatuhnya ribuan korban jiwa. Kondisi ini akan membuat pelaku pasar mengantisipasi kemungkinan adanya eskalasi konflik.