Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak dan Batu Bara Memanas di Tengah Perang Israel vs Hamas

Harga minyak dunia dan harga batu bara melonjak di tengah kian memanasnya perang Israel vs Hamas.
Gumpalan asap membumbung tinggi di atas Kota Gaza menyusul serangan udara Israel. Foto: Khaled Hasan/Bloomberg News
Gumpalan asap membumbung tinggi di atas Kota Gaza menyusul serangan udara Israel. Foto: Khaled Hasan/Bloomberg News

Bisnis.com, JAKARTA - Harga Minyak melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir usai Israel mengatakan bahwa pembalasannya terhadap serangan oleh kelompok militan Hamas pada akhir pekan lalu "baru saja dimulai". Pernyataan Israel tersebut meningkatkan prospek ketidakstabilan baru di wilayah Timur Tengah. 

Harga minyak mentah terus menguat di tengah peperangan Hamas dengan Israel. Batu bara juga ditutup menguat pada perdagangan Senin (9/10/2023).

Harga hari ini pada Selasa (10/10/2023) minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada kontrak November 2023 menguat 0,3 persen atau 0,03 poin ke US$86,41 per barel pada pukul 6.39 WIB di New York Mercantile Exchange AS.

Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Desember 2023 juga menguat 4,22 persen atau 3,57 poin ke US$88,15 per barel pada pukul 4.59 WIB di bursa ICE Eropa. Untuk harga batu bara ICE Newcastle kontrak November 2023 ditutup menguat 3 persen atau 4,25 poin ke level US$145,85 per metrik ton pada akhir perdagangan Senin (9/10).   

Kemudian, Harga batu bara untuk kontrak Oktober 2023 juga ditutup menguat sebesar 2,06 persen atau 2,85 poin ke level US$141,3,5 per metrik ton.

Mengutip Bloomberg pada Selasa (10/9), harga minyak telah melonjak setelah serangkaian mendadak oleh Hamas terhadap Israel sehingga membawa ketidakstabilan baru ke jazirah Timur Tengah. 

Meskipun peran Israel dalam pasokan minyak global diketahui terbatas, kejadian ini juga mengancam melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Iran.

Iran sendiri menjadi sumber utama minyak tambahan pada 2023, sehingga meredakan pasar yang semakin mengetat. Sanksi tambahan AS terhadap Tehran juga membatasi pengiriman tersebut. 

"Baru-baru ini minyak mentah cenderung bereaksi berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa geopolitik dan kenaikan harga hanya berlangsung singkat," jelas  Trader energi senior di CIBC Private Wealth Rebecca Babin, dikutip dari Bloomberg, Selasa (10/10/2023). 

Dia juga mengatakan bahwa situasi ini mungkin menjadi pengecualian, dengan pasar yang sangat sensitif terhadap potensi gangguan pasokan. 

Pembalasan apapun terhadap Tehran, yakni di tengah laporan bahwa mereka membantu merencanakan serangan, dapat membahayakan jalur kapal melalui Selat Hormuz. Selat tersebut merupakan jalur penting yang mengangkut sebagian besar minyak mentah dunia, yang sebelumnya diancam akan ditutup oleh pemerintah Iran. Namun, Iran sendiri membantah bahwa mereka terlibat dalam serangan tersebut. 

OPEC Naikkan Proyeksi 

Kemudian, lonjakan setelah serangan tersebut juga menambah volatilitas pada pasar yang telah mengalami perubahan cukup besar selama sebulan terakhir. Diketahui pada akhir September 2023, Brent berada di jalur reli hingga US$100 per barel karena pemangkasan produksi dari Arab Saudi dan Rusia.

Di lain sisi, mengutip Reuters, OPEC menaikkan proyeksi permintaan minyak dunia untuk jangka menengah dan panjang dalam outlook tahunannya. OPEC juga mengatakan bahwa investasi sebesar US$14 triliun diperlukan untuk memenuhi permintaan ini, bahkan ketika permintaan bahan bakar terbarukan meningkat dan mobil listrik yang mulai banyak digunakan. 

Pandangan mereka dalam World Oil Outlook 2023 yang dirilis pada Senin (9/10) juga berbeda dengan pandangan lain termasuk Badan Energi Internasional (IEA) yang mengatakan bahwa permintaan mungkin akan mencapai puncaknya pada dekade ini. 

"Seruan untuk menghentikan investasi di proyek-proyek minyak baru adalah salah arah dan dapat menyebabkan kekacauan energi dan ekonomi," jelas laporan tersebut, dengan menempatkan investasi sektor minyak yang dibutuhkan sebesar US$14 triliun hingga 2045. Angka tersebut naik dari US$12,1 triliun yang diperkirakan pada tahun lalu. 

Kemudian, OPEC juga memperkirakan bahwa permintaan minyak dunia akan mencapai 116 juta barel per hari (bph) pada 2045, yakni sekitar 6 juta bph lebih tinggi daripada yang diperkirakan pada laporan tahun lalu, dengan pertumbuhan yang dipimpin oleh China, India, negara-negara Asia lainnya, serta Afrika dan Timur Tengah. 

Harga Batu Bara

Mengutip S&P Global, pada Selasa (10/9) walaupun kondisi makroekonomi yang kurang memuaskan dan menjadi hambatan signifikan dalam pemulihan pasar muatan curah kering selama kuartal III/2023, banyak pelaku pasar yang memperkirakan kenaikan tarif di kuartal IV/2023 karena penyediaan ulang batu bara. 

"China masih menjadi kunci [pasar] yang mempengaruhi tarif pengiriman curah kering," jelas sumber yang mengoperasikan kapal, dan menambahkan bahwa pelemahan yang berkepanjangan dalam pemulihan ekonomi China adalah penyebab utama pasar angkutan muatan curah kering yang memuaskan pada kuartal III/2023

India, pengimpor batu bara terbesar kedua juga mengalami permintaan yang lebih lemah pada kuartal III/2023 dengan banyak end-users dan pembeli yang sudah memiliki persediaan sebelum musim hujan. 

Menurut pelaku pasar, penimbunan kembali batu bara di China menjelang musim dingin telah diantisipasi dan hal ini dapat mendorong harga pengiriman di kuartal IV/2023. 

"Pembeli dari China mungkin akan kembali ramai di kuartal IV/2023 setelah liburan Golden Week," jelas sumber lain yang mengoperasikan kapal. 

Adapun, berdasarkan catatan Bisnis yang mengutip Bloomberg Intelligencediketahui bahwa volume impor China naik dua kali lipat menjadi 222 juta ton pada semester I/2023. Lonjakan tersebut kemudian didorong oleh sejumlah faktor. 

Pertama, yakni adanya peningkatan konsumsi batu bara di tengah cuaca yang panas. Kedua, impor batu bata dari Australia kembali dimulai. 

Ketiga, dibukanya kembali impor batu bara ke China dari Australia, dan keempat, pencabutan larangan ekspor batu bara dari Indonesia selama satu bulan. 

“Meningkatnya selera impor batu bara China dan India dapat meningkatkan produksi penambang batu bara Asia khususnya di India. Negara ini [India] mencatat pertumbuhan produksi batu bara sebesar 16 persen yoy serta kenaikan ekspor 27 persen yoy pada semester I/2023,” tulis pernyataan Bloomberg intelligence dalam laporannya. 

Mengutip dari CoalMint, harga batu bara di Indonesia juga terus mengalami kenaikan minggu ini meskipun aktivitas pasar melemah karena libur panjang di China. 

Para penambang Indonesia diketahui menahan penawaran sampai China masuk kembali ke pasar, bersama dengan penambang lain yang sedang menunggu persetujuan atas revisi kuota mereka untuk beberapa bulan mendatang. 

Harga batu bara termal Indonesia diperkirakan akan naik dalam waktu dekat karena China akan mulai membeli setelah liburan panjang selama seminggu. Selain itu, permintaan India juga terus meningkat karena pembelian yang kuat menjelang musim perayaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper