Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar), Syaiful Bahri mengatakan impor beras selama era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Dia menyebut total impor beras sepanjang 2015-2023 telah mencapai 8,4 juta ton.
"Jika ditambah lagi di awal 2024 sebanyak 1 juta ton berarti dua periode pemerintahan Jokowi sudah [impor beras] mencapai 9,4 juta ton," kata Syaiful dalam keterangannya, Minggu (8/10/2023).
Dia pun membandingkan impor beras saat pemerintahan presiden sebelumnya. Pada rezim Soeharto, Indonesia tercatat mengimpor beras sebanyak 6,1 juta ton.
Selain itu di era Presiden B.J Habibie impor beras dilakukan sebanyak 4,35 juta ton saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Kemudian, dia menyebut impor beras zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebanyak 4,5 juta ton.
"Maka di periode Jokowi yang paling besar," tuturnya.
Menurutnya, impor beras menjadi indikator gagalnya program ketahanan pangan nasional. Dia menilai pemerintah pun belum bisa memberikan solusi konkrit mengatasi harga beras yang terus melambung belakangan ini.
Baca Juga
Di sisi lain, upaya peningkatan produksi, kata dia juga tidak terlalu serius. Penambahan anggaran pupuk subsidi di tahun depan pun dianggap belum cukup efektif meningkatkan produktivitas padi di dalam negeri.
"Tanpa sadar impor beras selama 9 tahun sudah mendekati 10 juta ton. Bagaimana mungkin pemerintah mengatasi krisis beras kalau kebijakan anggaran di sektor pertanian tidak jelas orientasinya," ucapnya.
Stok Beras RI
Berdasarkan catatan Bisnis, Rabu (4/10/2023), Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan pemerintah tengah kembali membuka opsi impor beras 1,5 juta ton pada akhir 2023. Rencana penambahan kuota impor itu di luar dari penugasan impor beras Bulog tahun ini sebanyak 2 juta ton yang ditargetkan selesai pada November 2023.
"Setelah November, [impor] 1,5 juta ton. Pokoknya apapun kita kerjakan. Kalau memang kurang, kenapa enggak?," ujar Arief saat ditemui di Pasar Rawamangun, Rabu (4/10/2023).
Arief yang saat ini menjabat sebagai Plt. Menteri Pertanian pun menyebut impor beras akan dilakukan secukupnya untuk kebutuhan cadangan beras pemerintah dan stabilisasi harga. Penyerapan dari petani saat ini hampir sulit oleh Bulog lantaran harga yang sudah terlalu tinggi.
Penjajakan impor, kata Arief, terus dilakukan Bulog untuk memastikan stok CBP beras dalam level yang aman. Menurutnya, stok beras di Bulog harus tersedia 1 juta ton di akhir tahun.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan stok beras yang dimiliki Bulog saat ini tersisa 1,7 juta ton juga akan digunakan untuk operasi pasar dan bantuan pangan ke 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) hingga November 2023.
Oleh karena itu, sebagai antisipasi menjaga stok beras di akhir tahun saat adanya risiko penurunan produksi karena El Nino, Buwas mengaku mulai menjajaki potensi impor beras apabila kuota tambahan diperlukan di akhir tahun. Salah satu yang dijajaki yakni China.
"Jadi kalau emergency kita sudah dapat dari China. Jadi itu kita tidak ketergantungan dari negara-negara lain kalau India sampai sekarang ini masih nutup," ujar Buwas.
Menyitir data panel harga pangan, Bapanas, harga rata-rata beras medium per hari ini 8 Oktober 2023 telah menyentuh Rp13.180 per kilogram. Padahal pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium dalam Perbadan No.7/2023 sebesar Rp10.900-Rp11.800 per kilogram tergantung wilayah.