Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat atau Treasury kembali melemah menjelang rilis data nonfarm payroll pada akhir pekan. Pelemahan ini turut menekan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil (yield) Treasury AS bertenor 10 tahun yang menjadi patokan global turun 1 basis poin ke level 4.72 persen pada Kamis (5/10/2023).
Imbal hasil obligasi pemerintah negara-negara lain juga ikut terkoreksi. Yield obligasi pemerintah Jerman tenor 10 tahun turun ke 2,88 persen, sedangkan yield obligasi Jepang dengan tenor yang sama turun ke level 0,805 persen pada Kamis.
Pelemahan imbal hasil obligasi AS sejalan dengan penantian investor terhadap data nonfarm payroll (NFP) yang dirilis hari Jumat (6/10). Investor mempertimbangkan pasar tenaga kerja AS yang masih ketat memberikan sinyal Federal Reserve akan menahan suku bunga tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Para ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan NFP naik 170.000 pekerjaan, turun dari kenaikan 187.000 di bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 3,7 persen dari 3,8 persen.
Data ketenagakerjaan terpisah pekan ini memberikan narasi yang berbeda. Data pembukaan lapangan kerja yang disebut JOLTS melebihi perkiraan untuk bulan Agustus, sementara ukuran lapangan kerja swasta dari ADP lebih lemah dari perkiraan. Klaim pengangguran juga tetap berada pada level rendah secara historis.
Baca Juga
Analis Societe Generale Kenneth Broux data NFP pekan ini yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memicu gelombang pembelian dolar dan penjualan obligasi.
”Data tenaga kerja hari Jumat dan data inflasi pekan depan akan menentukan apakah imbal hasil Treasury AS 10 tahun naik ke 5 persen atau turun ke 4,5 persen,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Jumat (6/10).
Pelaku pasar telah mencatatkan rekor jumlah transaksi dengan ekspektasi terhadap hasil pertemuan the Fed bulan November karena para investor dan pembuat kebijakan memperdebatkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Presiden Fed San Francisco Mary Daly, yang tidak memberikan suara pada komite penetapan suku bunga Fed tahun ini, mengatakan bahwa bank sentral dapat mempertahankan suku bunga jika inflasi dan pasar kerja mendingin.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan ada peluang yang lebih tinggi bagi ekonomi global untuk menghindari resesi. Namun, IMF memperingatkan bahwa pertumbuhan masih belum merata dan lebih lemah daripada sebelum pandemi.
Dolar AS
Pelemahan yield Treasury AS 10 tahun dibarengi dengan pelemahan dolar AS. Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya ditutup melemah 0,46 poin ke level 106,34 pada perdagangan Kamis.
Wakil kepala ekonom abrdn James McCann mengatakan bahwa dolar AS mengalami konsolidasi setelah mencatatkan kenaikan tajam baru-baru ini.
"Tentu saja, dolar AS dari perspektif jangka panjang memang terlihat sedikit mahal. Ketika mencapai level (tinggi) tersebut, ada potensi bagi orang-orang untuk mengambil keuntungan pada perdagangan tertentu. Sama halnya dengan imbal hasil obligasi. Ada sedikit konsolidasi di sana," tambahnya.
Mata uang yen Jepang, yang cenderung sensitif terhadap imbal hasil obligasi AS, diperdagangkan pada 148,39 yen per dolar AS, menguat 0,5 persen. Yen mencapai level 150,165 pada hari Selasa, level terlemah sejak Oktober 2022.
Sementara itu, euro menguat 0,4 persen ke level US$1,0551 setelah jatuh pada hari Selasa ke US$1,0448, level terendah tahun ini.