Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) masih mengharapkan China sebagai negara dengan nilai transaksi terbesar di Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38, meski perekonomian Negeri Tirai Bambu itu tengah lesu.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Kamis (5/10/2023).
“Tahun ini kita masih mengharapkan China masih menduduki posisi penting dalam Trade Expo Indonesia,” kata Didi.
Dia menjelaskan, China sangat luar biasa dalam hal menyerap produk-produk Indonesia sehingga negara ini menjadi target utama dalam TEI ke-38.
Selain China, Didi juga menargetkan Timur Tengah, utamanya Uni Emirat Arab lantaran kawasan ini dinilai sangat menjanjikan, terutama usai diselesaikannya Indonesia-Uni Emirat Arab Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IUAE–CEPA.
Tak hanya itu, Uni Emirat Arab merupakan hub ke negara-negara Timur Tengah lainnya sehingga dapat memudahkan Indonesia untuk melakukan perjanjian dagang dengan negara-negara tersebut.
Baca Juga
Menurut catatan Bisnis, dalam TEI ke-37, China menjadi negara terbesar dengan jumlah transaksi mencapai US$10,7 miliar, diikuti India US$1,5 miliar, Jepang US$843,9 juta, Mesir US$492 juta, dan Filipina US$343,2 juta.
Produk dengan nilai transaksi terbesar di antaranya adalah crude palm oil (CPO) dengan nilai sebesar US$9,19 miliar, batu bara US$2,6 miliar, produk pertanian US$777,8 juta, produk perikanan US$441 juta, serta kertas dan produk kertas US$385 juta.
TEI ke-38 akan digelar secara hybrid mulai 18-22 Oktober 2023 secara offline di Ice BSD City, Tangerang, Banten dan 18 Oktober-18 Desember 2023 secara online.
Pemerintah menargetkan nilai transaksi sebesar US$11 miliar untuk TEI ke-38 atau meningkat 10 persen dari target tahun sebelumnya di US$10 miliar.
“Target secara transaksi kita menetapkan US$11 miliar untuk tahun ini, ada peningkatan 10 persen berarti dari tahun lalu yang kita tetapkan US$10 miliar,” ujarnya.