Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Loyo, Jokowi Bentuk Satgas demi Dongkrak Ekspor

Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor resmi dibentuk Presiden Jokowi, salah satunya karena kinerja ekspor dalam tren menurun.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi membentuk Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 24/2023, sebagai respons atas kinerja perdagangan luar negeri yang terus menurun. 

Jokowi melihat kondisi global yang saat ini masih terjadi, utamanya invasi Rusia ke Ukraina yang belum diketahui penyelesaiannya, menekan kinerja ekspor Indonesia.

“Bahwa perkembangan dinamika ekonomi dan geopolitik global memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional khususnya di bidang ekspor,” sebagaimana tertulis dalam belied tersebut, dikutip, Kamis (28/9/2023). 

Untuk itu, dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerja ekspor nasional serta memperkuat neraca perdagangan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, diperlukan strategi yang adaptif, responsif, dan kolaboratif yang dilakukan secara terintegrasi oleh suatu satuan tugas khusus.  

Satgas yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana tersebut diketuai oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian, yaitu Airlangga Hartarto. Sementara Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan menjadi wakil. 

Airlangga menyampaikan bahwa Keppres tersebut akan memperkuat berbagai upaya dan strategi pemerintah untuk lebih meningkatkan kinerja ekspor Indonesia di tengah dinamika geopolitik global.  

"Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mengantisipasi perlambatan permintaan ekspor di negara tujuan ekspor tradisional dengan mengeksplorasi pasar tujuan ekspor baru seperti India, Afrika, dan Amerika Latin," katanya dalam keterangan resmi, Rabu (27/9/2023). 

Adapun, pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing, mengidentifikasi potensi dan memetakan produk-produk ekspor potensial Indonesia. 

Pemerintah juga akan terus memperluas informasi mengenai peluang pasar bagi eksportir dan mendorong peran aktif para Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) sebagai marketing produk ekspor Indonesia di luar negeri. 

Selain itu, pemerintah juga sedang mempercepat penyelesaian perjanjian perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement, khususnya IEU-CEPA, dan menjajaki CEPA dengan India.

Kinerja Ekspor Indonesia  

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2023, nilai ekspor tercatat di angka US$22 miliar, naik sebesar 5,47 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

Apabila membandingkan pada Agustus 2022 atau secara tahunan (year-on-year/yoy), turun cukup dalam sebesar 21,21 persen, di mana mencapai US$27,93 miliar. 

Penurunan tersebut akibat nilai ekspor dari sektor migas dan nonmigas kompak menyusut, masing-masing 20,69 persen (yoy) dan 21,25 persen. 

Pada Agustus tahun lalu, ekspor nonmigas mencapai US$26,27 miliar, kemudian pada 2023 anjlok ke US$20,69 miliar. Sementara ekspor migas menyusut dari US$1,66 miliar menjadi US$1,32 miliar. 

Komoditas unggulan ekspor Indonesia, yakni batu bara, pada Agustus 2023 menurun baik secara bulanan maupun tahunan. Bahkan secara tahunan terkontraksi hingga 48,91 persen.

Sementara untuk minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terkontraksi sebesar 35,23 persen (yoy). Pasalnya, harga batu bara dan CPO juga terkoreksi dibandingkan tahun lalu, yaitu masing-masing turun 62,5 persen dan 16,1 persen. 

BPS juga mencatat sejalan dengan tekanan ekonomi global di wilayah Eropa, pangsa ekspor ke tujuan tersebut terus mengalami penurunan. Akibatnya, surplus neraca dagang terus menurun ke angka US$24,34 miliar, bahkan selisis US$10,55 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

“Selama Januari hingga Agustus 2023, secara kumulatif neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan surplus. Namun, surplus yang terjadi lebih rendah dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada periode yang sama tahun lalu,” tulis BPS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper