Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Lesu, Mitsubishi Global Setop Produksi Kendaraan di China

Mitsubishi global memutuskan untuk menghentikan produksi mobil di China. Apa alasannya?
Mitsubishi Xpander MT  dan Xpander CVT
Mitsubishi Xpander MT dan Xpander CVT

Bisnis.com, JAKARTA — Mitsubishi global memutuskan untuk menghentikan produksi mobil di China seiring maraknya merek lokal dan lesunya popularitas untuk kendaraan listrik.

Dilansir dari Nikkei Asia pada Rabu (27/9/2023), Mitsubishi Motors sedang memasuki tahap pembicaraan akhir untuk menarik diri dengan Guangzhou Automobile Group (GAC) selaku produsen mobil China yang bermitra dengan Mitsubishi.

GAC Mitsubishi Motors yang memiliki pabrik di provinsi Hunan, China telah menghentikan produksinya sejak Maret 2023. Adapun, pabrik tersebut merupakan satu-satunya fasilitas produksi yang dimiliki Mitsubishi di China.

Dalam susunan pemegang saham GAC Mitsubishi Motors, GAC memiliki 50 persen kepemilikan, Mitsubishi Motors 30 persen, dan Mitsubishi Corp sebanyak 20 persen. GAC Mitsubishi pun akan tetap menjadi entitas perusahaan, sedangkan Mitsubishi Motors dan Mitsubishi Corp. akan menarik investasinya.

Nantinya, GAC diperkirakan akan menggunakan pabrik Hunan untuk memproduksi kendaraan listrik dan mempertahankan tingkat lapangan pekerjaan tertentu.

Di tengah penarikan diri dari pasar China, Mitsubishi akan mengalihkan sumber dayanya ke wilayah Asia Tenggara dan Oseania yang menyumbang sekitar sepertiga dari penjualan Mitsubishi secara konsolidasi.

Sepanjang 2022, Mitsubishi menjual sebanyak 38.550 unit di pasar China, turun sekitar 60 persen dibandingkan 2021. Demi meningkatkan penjualan pun, Mitsubishi telah meluncurkan Outlander versi Hybrid pada pasar China pada musim gugur yang lalu. Namun, penjualannya pun masih berada di bawah proyeksi.

Mitsubishi sudah mulai mengekspor produknya ke pasar China sekitar 1970-an dan memiliki usaha patungan bersama Soueast Motor dari tahun 2006 hingga 2021. GAC Mitsubishi Motors berdiri pada 2012 dan mencapai puncak penjualannya sebanyak 140.000 kendaraan pada tahun 2018.

Di sisi lain, para produsen Jepang lainnya juga mengalami kesulitan di pasar China dan berpotensi meninjau kembali strategi mereka di negara tersebut.

Presiden dan CEO Nissan Motor Makoto Uchida mengatakan pihaknya tidak sedang berada pada fase memperoleh keuntungan karena penurunan harga kendaraan. Beberapa opsi pun tengah dipertimbangkan oleh Nissan pada pasar China.

“Kami sedang mempertimbangkan pilihan kami, termasuk meninjau strategi kami seperti usaha patungan kami di Tiongkok,” tuturnya seperti dikutip dari Nikkei Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper