Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurangi Risiko Blok Masela, Opsi Tambah Mitra Baru Masih Dibahas

Opsi untuk menambah mitra baru selain Pertamina dan Petronas dalam pengembangan Blok Masela masih terus dibicarakan.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih mempelajari kemungkinan penambahan mitra baru untuk pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela, selepas Konsorsium PT Pertamina (Persero) dan Petronas mengambil alih 35 persen hak partisipasi Shell pada konsesi ladang gas tersebut. 

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, penambahan mitra itu berkaitan dengan upaya untuk mengurangi risiko dari model bisnis angkut dan salur gas dari lepas pantai itu. 

“Ini untuk mengurangi risiko kan Petronas dan Inpex itu kira-kira kalau pemain offshore belum begitu punya pengalaman yang panjang,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (25/9/2023). 

Tutuka mengatakan, kemungkinan itu masih dalam tahapan pembicaraan informal. Hanya saja, kepentingan untuk mengurangi risiko dari model bisnis proyek LNG Abadi Blok Masela itu belakangan kembali menjadi perhatian otoritas energi saat ini. 

“Yang dicari sebenarnya yang bisa mengurangi risiko bisnis yang semacam ini, belum pasti juga masih pembicaraan-pembicaraan,” kata dia. 

Adapun, proyek pengembangan Blok Masela bakal menggunakan sistem kombinasi darat dan laut untuk memastikan nilai investasi dari rencana pengembangan lapangan yang ada sebelumnya tidak jauh bergeser.  

Lewat sistem kombinasi itu, pengeboran dasar laut bakal dilakukan di kedalaman 600 meter, serta kedalaman sumur 4.000 meter, gas yang didapat akan diolah dalam bangunan apung bernama floating production, storage and offloading (FPSO) untuk dimurnikan dari kandungan zat lain. 

Setelah dimurnikan di FPSO, gas bakal disalurkan menuju kilang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang ada di darat melalui pipa bernama Gass Export Pipeline (GEP) yang berjarak 175 kilometer serta melalui palung-palung laut.   

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menuturkan, kemungkinan untuk mengajak mitra anyar pada proyek ladang gas Abadi itu didorong karena tingkat kesulitan serta kerumitan teknis pengangkutan gas dari lapangan lepas pantai, Kepulauan Tanimbar, Maluku tersebut.  

 “Tentu tidak menutup kemungkinan adanya pihak lain untuk masuk yang tentu akan melengkapi kompetensi dari blok ini dalam eksekusinya, ini memang cukup dari sisi teknis kan complicated, ya sehingga kita harus pastikan semua berjalan baik,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu (30/8/2023).  

Selepas divestasi hak partisipasi Shell di Blok Masela rampung Juli 2023 lalu, komposisi kepemilikan saham pada proyek strategis nasional itu beralih pada Pertamina dengan 20 persen hak partisipasi, 15 persen dipegang Petroliam Nasional Berhad atau Petronas. Saham mayoritas 65 persen dipegang Inpex sekaligus bertindak sebagai operator.  

Nicke menuturkan, Pertamina bersama dengan mitra lainnya tengah memfinalisasi PoD revisi untuk mengejar target onstream Blok Masela yang dipatok pemerintah pada 2029 mendatang. Padahal, pada PoD sebelumnya saat bersama dengan Shell, target operasi komersial ditarget baru rampung pada 2032.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper