Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Peternakan Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mendesak pemerintah segera mendatangkan sekitar 15 juta vaksin virus Lumpy Skin Disease (LSD) guna menangani kasus virus di Tanah Air.
Menurut Ketua PPSKI Nanang Subendro, permintaan vaksin sudah disampaikan para peternak sejak LSD masuk ke Indonesia pada Februari 2022. Namun, hingga saat ini baru sekitar 2 juta vaksin yang baru tiba di Indonesia.
“Yang kami semua keluhkan itu tindakan adanya LSD di Indonesia. Pengadaan vaksin jauh dari memadai. Kami butuhkan kurang lebih 15 juta dosis, baru datang nggak sampai 2 jutaan,” kata Nanang kepada Bisnis, Minggu (17/9/2023).
Menurutnya, ironis apabila penanganan pemerintah dalam menghadapi kasus LSD berbeda dibandingkan penanganan ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK). Sebab, LSD lebih dulu masuk ke Indonesia dibandingkan PMK, meski model penyebarannya tak semasif PMK.
Meski virus LSD sudah menyebar ke daerah-daerah lain, Nanang melihat penanganan dari pemerintah lambat. Saat para peternak mengonfirmasi terkait vaksin ke dinas setempat, hanya disebutkan bahwa permintaan pengadaan vaksin sudah diusulkan ke pemerintah pusat.
Kemudian ketika dikonfirmasi ke pemerintah pusat, mereka bahwa permohonan pengadaan vaksin sedang diproses.
“Jadi yang perlu dilakukan segera, sekarang, adalah pengadaan vaksin. Itu harga mati,” tegasnya.
Sebagai konteks, Kementerian Pertanian (Kementan) sempat menangguhkan sapi-sapi yang berasal dari empat peternakan di Australia karena terindikasi virus LSD.
Namun berdasarkan perkembangan terbaru, pemerintah kembali mengizinkan sapi-sapi Australia masuk ke Indonesia, usai kedua negara bertemu dan menyepakati sejumlah poin.
Baca Juga : Sumber Virus LSD Pada Sapi Impor Belum Jelas, RI-Australia Sepakat Lakukan Pemeriksaan Bersama |
---|
Terkait situasi itu, PPKSI menyatakan bahwa mereka pada dasarnya tidak khawatir dengan kondisi sapi dari Australia. Sebab sapi-sapi dari negara tersebut cenderung berada di kandang yang terisolir.
Mereka justru lebih khawatir terhadap LSD yang kini sudah menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.
“Percuma kita menghentikan [impor sapi] dari Australia tetapi yang di dalam nggak dibenahi, nggak dibetulin, nggak diobati,” ujarnya.
LSD yang kini mulai menyebar di beberapa wilayah di Indonesia itu telah memberikan dampak yang serius bagi para peternak. Nanang menyebut, harga jual sapi hidup anjlok hingga 30 persenan. Ini lantaran berat badan sapi yang menyusut, kulit yang tidak laku, hingga daging yang tidak dapat dikonsumsi akibat tertular virus LSD.
“[Kerugian akibat LSD] masih terasa, masih luar biasa. Kalau misalnya harga sapi Rp20 juta per ekor hidup yang terinfeksi, kerugian per ekor itu nggak kurang dari Rp5 juta, sekitar 25 persen,” ungkapnya.