Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyiapkan 5 respons kebijakan untuk mengatasi tiga tantangan utama yang masih membayangi perekonomian yang perlu dicermati.
Pertama, meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, melainkan juga tensi geopolitik antara China dan Amerika Serikat, serta bergesernya sumber pertumbuhan ekonomi dunia.
Kedua, pesatnya perkembangan digitalisasi yang menyasar berbagai sektor ekonomi dan keuangan, salah satunya sistem pembayaran. Hal ini menurut Perry perlu didukung dengan inovasi yang memudahkan arus transaksi dalam perekonomian.
“Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran melakukan transformasi dalam menciptakan jasa sistem pembayaran yang kredibel dan berbasis teknologi terkini seperti inovasi fast payment,” katanya, Sabtu (16/9/2023).
Ketiga, yaitu perubahan iklim dan demografi penduduk secara global. Sebagaimana tertuang dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen untuk mereduksi emisi karbon. Oleh karena itu, Perry mengatakan bahwa dibutuhkan program transisi yang mampu turut menggerakkan faktor demografi mewujudkan ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Perry mengatakan dibutuhkan lima respons kebijakan. Pertama, memperkuat bauran kebijakan yang terintegrasi mencakup kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, keuangan inklusif, dan hijau.
Baca Juga
Kedua, pengembangan hilirisasi bernilai tambah tinggi untuk menopang ketahanan pangan, energi maupun sumber daya alam lainnya guna mendukung ketahanan ekonomi nasional.
“Ketiga, membuka kerja sama perdagangan dan investasi dengan skema yang menguntungkan, dapat mengoptimalkan hilirisasi, dan mampu memberdayakan sumber pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” katanya.
Keempat, mengadopsi teknologi terkini dengan tetap memperhatikan potensi risikonya. Sebagai contoh, Bank Indonesia menerapkan inovasi teknologi pada fitur sistem pembayaran dengan konsep satu bahasa (QRIS dan open API), satu bangsa (konektivitas antar infrastruktur penyedia jasa sistem pembayaran), dan satu nusa (BI Fast dan CBDC).
Kelima, meningkatkan kualitas pendidikan, pelatihan termasuk pembentukan karakter sumber daya manusia yang unggul misalnya melalui program vokasi berbasis digital.
