Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumber Kekayaan Tomy Winata, Sosok di Balik Pengembangan Pulau Rempang

PT MEG, anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tommy Winata mendapatkan konsesi 80 tahun di Pulau Rempang. Dari mana saja sumber kekayaan Tommy Winata.
Bos Artha Graha Group Tomy Winata/JIBI
Bos Artha Graha Group Tomy Winata/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Sosok pengusaha Tomy Winata belakangan kembali banyak disorot. Pasalnya, dia merupakan pemilik PT Mega Elok Graha (MEG), perusahaan yang melakukan pengembangan Kawasan Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pengembangan Pulau Rempang tersebut diketahui memiliki geliat investasi mencapai Rp381 triliun. Nantinya, anak usaha milik TW tersebut diketahui akan mengelola sekitar 17.000 hektare kawasan di pulau Rempang.

Seiring dengan luasnya lahan kelolaan yang dikantongi Tomy Winata tersebut, ribuan warga yang terdampak menyuarakan penolakan keras atas proses penggusuran dalam proyek pengembangan kawasan ekonomi baru yang dilabeli sebagai Rempang Eco-City.

Negosiasi alot antara pemerintah dan masyarakat dalam proyek Rempang Eco-City berawal dari keputusan Pemerintah Provinsi Batam yang tertuang dalam surat DPRD Kota Batam tertanggal 17 Mei 2004 yang menyatakan persetujuan atas masuknya rencana investasi baru ke pulau Rempang. Artinya, realisasi proyek Rempang Eco-City bahkan telah tertunda hingga 19 tahun lamanya. 

Di mana, dalam nota kesepahaman mengenai rencana pembangunan kota wisata di Rempang dan Galang. PT MEG, anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tommy Winata mendapatkan konsesi kerja sama selama 80 tahun.

Sosok Tomy Winata pun dipercaya untuk menangani proyek ini. Mengingat, Tomy Winata juga bukanlah orang sembarangan. Dirinya merupakan sosok pengusaha berpengaruh terhitung sejak zaman Orde Baru yang disebut-sebut sebagai bagian dari kelompok 9 naga.

Tomy Winata memiliki sejumlah bisnis yang menjadi sumber kekayaannya. Bisnisnya kian menggeliat usai dirinya membangun perusahaan kongsi bersama dengan Sugianto Kusuma atau Aguan dalam membentuk grup Artha Graha atau Artha Graha Network.

Di mana, cakupan bisnis Artha Graha Network meluas ke berbagai industri dan sektor di seluruh Indonesia. Mulai dari sektor properti, keuangan, Agro industri dan perhotelan yang menjadi 4 pilar utama bisnisnya.

"Selain 4 bisnis inti tersebut, AG Network juga melakukan diversifikasi ke bidang usaha lain termasuk pertambangan, media, hiburan, ritel, IT & telekomunikasi, dan lain-lain," tulis manajemen AG Network dikutip dari laman resminya, Selasa (12/9/2023).

Untuk diketahui sebelumnya, pria yang memiliki nama Tionghowa Oe Suat Hong ini memulai bisnisnya pada 1972 dalam proyek pembangunan kantor koramil di Singkawang.

Di sinilah awal mula kedekatan Tomy Winata dengan sejumlah kalangan militer. Dirinya kemudian kembali dipercaya untuk membangun proyek-proyek lain mulai dari barak hingga sekolah tentara.

TW juga merupakan sosok di balik pemilik kawasan perkantoran SCBD. Di mana saat ini dia menjabat sebagai Komisaris bersama dengan Sugianto Kusuma sebagai Komisaris Utama.

Namun demikian, tak banyak informasi yang dapat diraih mengenai berapa total kekayaan yang dimiliki TW saat ini. Mengingat, mayoritas perusahaan miliknya tidaklah melantai di bursa.

Hanya saja, mengutip dari berbagai sumber, saat ini kekayaan TW diperkirakan setidaknya sebesar US$900 juta atau senilai Rp13,8 triliun (Asumsi kurs: Rp15.388).

Adapun, pada 2016 nama Tomy Winata sempat tercatat dalam daftar 40 orang terkaya RI, di mana pada saat itu kekayaanya dilaporkan sebesar US$110 juta atau Rp1,6 tirliun.

Berikut deretan bisnis milik Tomy Winata yang berhasil dihimpun Bisnis:

1. PT Danayasa Arthatama 

PT Danayasa Arthatama merupakan perusahaan milik Tomy Winata yang mengembangkan kawasan SCBD yang dimulai sejak tahun 1987.

Di mana, pada saat itu Danayasa diberikan kepercayaan untuk menyulap lahan kumuh seluas 45 hektare di "Jantung Segitiga Emas" Jakarta menjadi kawasan niaga terpadu modern.

Sebelumnya, perusahaan ini sempat melantai di bursa. Danayasa Arthatama pertama kali menggelar initial public offering (IPO) pada 2002 dengan mengeluarkan 100 juta lembar saham.

Mengutip data OJK, komposisi pemegang saham Danayasa pada Desember 2014 ialah PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. 82,53 persen, Tomy Winata 0,00 persen, dan masyarakat 17,47 persen. Saat itu, Tomy Winata menempati posisi sebagai Presiden komisaris PT Danayasa Arthatama.

Namun, pada April 2020 lalu Danayasa Arthatama dinyatakan resmi hengkang dari lantai bursa setelah otoritas bursa merestui voluntary delisting perusahaan.

Alhasil, saat ini tidak diketahui secara pasti berapa porsi kepemilikan saham Tomy Winata di perusahaan ini. Hanya saja, mengacu pada laporan kepemilikan saham per November 2019, salah satu perusahaan milik Tomy yakni Jakarta International Hotels & Development memiliki 82,41 persen saham SCBD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper