Bisnis.com, JAKARTA — Rencana uji coba Multi Lane Free Flow (MLFF) hingga saat ini belum ada titik terang kejelasan usai gagal dilakukan pada 1 Juni 2023 kemarin. Uji coba MLFF di Jalan Tol Bali Mandara batal diterapkan pada 1 Juni 2023 karena teknologi sistem MLFF belum memenuhi standar key performance indicator (KPI) yang disepakati.
Hal ini menyangkut jaminan 100 persen pendapatan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dari tarif tol melalui transaksi tanpa sentuh itu. Keputusan tersebut membuat perusahaan asal Hungaria, Roatex yang melakukan transfer teknologi melalui anak usahanya PT Roatex Indonesia Toll System (RITS), memberhentikan jajaran Board of Director (BOD) dari pihak Indonesia.
Berdasarkan catatan Bisnis, pada awalnya, pemerintah menargetkan dalam melakukan uji coba penerapan bayar tol tanpa berhenti awalnya direncanakan di Maret 2022, kemudian mundur pada Desember 2022.
Target uji coba tersebut kembali dimundurkan menjadi Januari tahun 2023 dalam penerapan uji coba. Kemudian, pemerintah memundurkan target uji coba di Maret tahun ini. Lalu target penerapan tersebut dimundurkan menjadi pertengahan tahun 2023 tepatnya 1 Juni.
Ulasan tentang uji coba penerapan transaksi MLFF ini yang berkali-kali mengalami kemunduran, menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Sabtu (9/9/2023):
Mencermati Dinamika Persaingan Pasar EV Dunia
Penjualan mobil listrik baterai, termasuk plug-in hybrid, mempertahankan peningkatan, meski pasar terbesar China mengalami deselerasi pertumbuhan. Persaingan pasar antarmerek semakin dinamis.
Berdasarkan laporan SNE Research, penjualan mobil listrik baterai global pada Januari—Juli 2023 bertumbuh 41,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 5.220.000 unit menjadi 7.373.000
Sampai dengan akhir Juni 2023, laju penjualan mobil listrik baterai global di kisaran 41,7% (yoy) menjadi 6.161.000 unit. Adapun pada Juli 2023, laju pertumbuhan sedikit melambat yakni 38,8% (yoy) menjadi 1.212.000 unit.
Berdasarkan wilayah, China unggul dalam hal pangsa pasar dengan penguasaan hingga 58,7%. Hal ini berkat penjualan mobil listriknya sepanjang Januari-Juli 2023 meningkat 40,8% (yoy) menjadi 4.331 unit.
Di sisi lain, Eropa masih menjadi pasar mobil listrik terbesar kedua setelah China, dengan kontribusi 23%. Volume pasar Eropa sepanjang Januari-Juli 2023 meningkat 29,8% (yoy) menjadi 1.695.000 unit.
Adapun, Amerika Utara menjadi pasar mobil listrik terbesar ketiga. Bahkan, laju penjualan yang lebih kencang dari rata-rata pertumbuhan pasar dunia membuat pangsanya membesar.
Apa Kabar Rencana Uji Coba Transaksi Tol Tanpa Setop MLFF?
Lagi-lagi uji coba transaksi nirsentuh MLFF di Tol Bali Mandara pada 1 Juni kembali mundur, padahal pemerintah berencana penerapan penuh sistem pembayaran di seluruh ruas jalan tol pada akhir 2023.
Alhasil, mundurnya uji coba penerapan MLFF di beberapa ruas jalan tol ini juga berdampak pada kembali mundurnya penerapan sistem di seluruh ruas jalan tol yang baru dilaksanakan pada 2024 mendatang.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan bertemu dengan PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) untuk membahas mengenai MLFF pada Senin (12/8/2023). RITS merupakan anak perusahan Roatex Ltd. Zrt. yang berasal dari Hungaria. Saham RITS dimiliki 99 persen oleh Roatex Ltd. Zrt., dan sisanya atau 1 persen milik perseorangan yang juga berasal dari Hungaria.
Pemerintah bersama Roatex masih menyepakati sistem yang akan digunakan melalui proses transisi. Seiring dengan hal tersebut, Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) bersama dengan Badan Usaha Pelaksana (BUP) terkait nantinya masih akan terlebih dahulu meneken kontrak baru sebelum proses uji coba dilancarkan. Kementerian PUPR saat ini juga tengah menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) untuk MLFF.
PLN Jajaki Dukungan Pembiayaan Hijau Export Finance Australia
PT PLN (Persero) menjajaki kerja sama dukungan pembiayaan hijau dengan perusahaan Export Finance Australia (EFA), guna mendukung akselerasi transisi energi di Indonesia. Penjajakan ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) kedua belah pihak di Kantor Pusat PLN, Jakarta Selatan, Selasa (5/9/2023).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan, nota kesepahaman ini menandai awal dukungan pembiayaan dan peningkatan kapasitas pegawai PLN dalam pengembangan proyek energi terbarukan.
Menurutnya, dukungan pembiayaan ini penting guna mempercepat program transisi energi di Tanah Air. Salah satunya mampu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan mencapai net zero emissions (NZE) pada tahun 2060.
Darmawan menyampaikan, PLN dan EFA memiliki komitmen yang sama dalam menyediakan energi bersih dan ramah lingkungan. Dengan demikian, emisi gas rumah kaca bisa diturunkan, dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Pantang Mundur Indonesia Menagih Dana JETP untuk Transisi Energi
Masih belum adanya perkembangan signifikan terkait dengan komitmen pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang akan membiayai transisi energi di Indonesia memantik pemerintah untuk terus menagih 'janji manis' kemitraan yang dikomandoi oleh Amerika Serikat (AS) dan Jepang tersebut.
Terlebih, pemerintah bersama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah memenuhi keinginan yang diminta para negara pendonor, salah satunya membuat peta jalan (roadmap) pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Sebagai titik tumpu implementasi dari program JETP yang tercantum pada joint statement yang telah disepakati dalam KTT G20 di Bali pada Novemver 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga sudah membentuk Sekretariat perjanjian pendanaan transisi energi JETP.
Tak hanya itu, Indonesia disebut-sebut juga telah siap untuk menjalankan berbagai program percepatan transisi energi, bahkan pemerintah telah menyiapkan sejumlah PLTU yang akan disetop operasionalnya melalui pendanaan tersebut.
Namun, hingga kini belum ada kejelasan meskipun semula Indonesia telah mengamankan komitmen pendanaan awal lewat kemitraan JETP senilai US$20 miliar atau setara dengan Rp310,7 triliun (asumsi kurs Rp15.535 per US$) yang disepakati saat KTT G20 pada November 2020.
Panen Kredit Mobil Bekas Kala Serbuan Mobil Baru & Setrum
Sejumlah perusahaan multifinance atau leasing mencatatkan peningkatan pembiayaan mobil bekas hingga paruh pertama tahun ini, meskipun penjualan mobil baru juga terus meningkat. Bahkan leasing juga membuka ceruk pasar baru melalui pembiayaan kendaraan listrik.
Adapun pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya mobilitas masyarakat usai Covid-19. Salah satu yang mengalami pertumbuhan adalah PT Clipan Finance Indonesia Tbk.
Emiten leasing dengan kode saham CFIN tersebut mencatatkan peningkatan 20 persen pembiayaan mobil bekas menjadi sekitar Rp1,65 triliun pada semester I/2023. Pada periode yang sama pada tahun sebelumnya CFIN mencatatkan pembiayaan mobil belas yakni Rp1,38 triliun.
Emiten lainnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance mencatatkan pembiayaan mobil bekas sebanyak Rp2,6 triliun pada semester I/2023 Angka tersebut naik 26 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
CIMB Niaga Finance (CNAF) juga mencatatkan pembiayaan kendaraan bekas sebesar Rp1,72 triliun pada semester I/2023. Angka tersebut sedikit beda tipis dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp1,79 trilliun.
Kendati demikian, Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman optimistis pembiayaan mobil bekas akan terus naik pada pada semester II/2023.