Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan agar tidak terlalu percaya diri ihwal produksi beras di akhir tahun. Impor beras untuk memenuhi kebutuhan dipandang bukan sesuatu yang haram.
"Ya enggak boleh optimis berlebihan [soal produksi beras]. Impor itu bukan barang haram," ujar SYL saat ditemui di Gedung DPR-RI, Kamis (7/9/2023).
Syahrul mengatakan panen padi di akhir tahun atau musim gadu hanya bisa mencapai 40-50 persen dari panen di musim hujan. Kementan telah memproyeksikan kehilangan produksi padi akibat fenomena El Nino berkisar 380.000 - 1,2 juta ton. Namun, di sisi lain, Syahrul juga yakin dampak serangan puso di musim gadu tahun ini tidak akan seburuk dari yang diperkirakan.
"Karena Puso itu kita sisakan 2-4 persen, tapi dibandingkan dengan lahan [sawah] eksisting kita 7,4 juta hektare tentu itu [puso] kita berharap tidak menjadi hal yang signifikan," tuturnya.
Syahrul yang juga merupakan mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu pun menyebut telah menyiapkan antisipasi menghadapi permintaan beras yang tinggi di akhir tahun dan awal 2024, yaitu dengan penanaman 500.000 hektare padi.
Dia menjelaskan bahwa penanaman telah dilakukan saat ini di wilayah-wilayah yang masih memiliki sumber air di tengah fenomena kekeringan karena El Nino.
Baca Juga
"Iya sudah [ditanam] di wilayah hijau yang dalam musim kering apapun tetap ada air, seperti di sepanjang [sungai] Bengawan Solo," ucap Syahrul.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Rabu (6/9/2023), Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Dan Beras Indonesia (Perpadi), Soetarto Alimoeso mengatakan panen padi tahun ini tidak seperti diharapkan.
Sutarto menyebut setidaknya iron stok CBP yang dimiliki pemerintah di tengah ancaman El Nino saat ini harus sekitar 1,5 juta ton. Sementara stok CBP juga bergantung dari hasil panen dari musim gadu akhir tahun ini.
Adapun data Kerangka sampel area (KSA) yang diolah Bapanas menunjukkan bahwa produksi beras Januari - Oktober 2023 lebih rendah 660.000 ton dibandingkan periode yang sama di 2022. Di sisi lain, konsumsi beras pada Januari - Oktober 2023 sebanyak 25,44 juta ton juga tercatat lebih tinggi 1,15 persen dari 2022 sebanyak 25,15 juta ton.
Sementara itu, pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori memperkirakan permintaan beras akan naik sekitar 10-15 persen di awal 2024 seiring adanya Pilpres serta periode Ramadan dan Idulfitri. Sementara stok cadangan beras pemerintah (CBP) Bulog saat ini sekitar 1,6 juta ton masih dianggap riskan.
Pasalnya, stok CBP tersebut harus dikeluarkan untuk bantuan sosial (bansos) selama September - November 2023 sekitar 640.000 ton. Selain itu, Bulog juga perlu terlibat dalam program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) hingga akhir tahun yang diperkirakan mencapai 150.000-200.000 ton.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan beras itu, Khudori memperkirakan stok CBP di akhir tahun tinggal 750.000 - 800.000 ton dengan asumsi pengadaan dari dalam negeri tidak bertambah signifikan. Oleh karena itu, Khudori mengusulkan agar sisa kuota impor 400.000 ton bisa segera dieksekusi Bulog sebelum akhir tahun.
"Jika ada bansos, CBP bakal terus terkuras. Namun, harga beras kemungkinan akan stabil," kata Khudori.