Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023 kembali naik dari 3,08 persen pada Juli 2023 menjadi 3,27 persen.
Ekonom melihat adanya potensi inflasi akan kembali melandai pada September 2023, setelah Agustus terdorong dengan adanya inflasi musiman terutama di kelompok pendidikan.
“September nanti ada potensi inflasinya di bawah 3 persen karena efek base yang tinggi tahun lalu,” ujar Ekonom Bank Danamon Irman Faiz, dikutip Jumat, (1/9/2023).
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) David Sumual juga melihat adanya potensi tersebut pada sisa akhir 2023, di mana inflasi akan mendekati target pemerintah, yakni 3±1 persen.
Padahal sebelumnya pada Juli 2023, inflasi indeks harga konsumen (IHK) telah mencapai 3,08 persen (yoy).
“Mungkin September ini [inflasi] sudah bisa di bawah 3 persen,” kata David.
Mengingat adanya momen tahun ajaran baru pada Juli-September, BPS mencatat biaya pendidikan menjadi penyumbang inflasi di Indonesia sepanjang Agustus 2023.
"Pada Agustus 2023 terjadi inflasi sebesar 0,86 persen pada kelompok pendidikan dan andil 0,05 persen [terhadap inflasi Indonesia]," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Jumat (1/9/2023).
Selain pendidikan, untuk periode Agustus 2023 ini, inflasi secara tahunan juga dijelaskan oleh beras yang menyumbang 0,41 persen terhadap inflasi secara umum. Kemudian komoditas bensin bahkan menyumbang inflasi hingga 0,83 persen.
Mengacu pada catatan peristiwa sepanjang Agustus 2023, Pudji menjelaskan berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan sepanjang Agustus 2023 masih kategori rendah.
Maka, kondisi Ini berpengaruh terhadap ketersediaan komoditas pangan dan berdampak pada perubahan harga di tingkat konsumen, seperti beras.