Bisnis.com, JAKARTA — Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL), tengah menyelesaikan monetisasi gas dari lapangan Asap, Kido, dan Merah di Blok Kasuri, Papua Barat.
Blok Migas itu dikelola GOKPL, entitas Genting Group yang dikendalikan taipan dan pengusaha resor judi asal Malaysia, Lim Kok Thay. Belakangan perusahaan memperlihatkan kemajuan yang signifikan ihwal negosiasi perjanjian jual beli gas atau gas sales agreement (GSA) dengan PT Pupuk Kaltim (PKT) untuk pabrik Amurea.
“Menindaklanjuti persetujuan PoD 1 Februari 2023 lalu pengembangan Blok Kasuri masih berproses dengan melanjutkan negosiasi GSA dengan PKT,” tulis GOKPL seperti dikutip dari siaran pers Genting Group, Selasa (29/8/2023).
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui revisi rencana pengembangan lapangan atau plan of development (PoD) I Lapangan Asap, Kido, dan Merah Blok Kasuri tersebut pada awal Februari 2023.
Lewat persetujuan itu, gas inplace pada wilayah kerja itu yang sebelumnya diidentifikasi sebesar 1.735 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) naik menjadi 2.673,7 BSCF. Sementara itu, potensi cadangan naik dari 1.031,33 BSCF menjadi 2.244,45 BSCF.
Selepas revisi PoD I, GOKPL turut menandatangani head of agreement (HoA) dengan PKT sebelum merampungkan GSA. Rencanannya, GOKPL bakal mengalirkan gas sebesar 102 BBTUD untuk produksi Ammonia 2.500 metric ton per day (MTPD) dan urea sebesar 3.500 MTPD. Pabrik nantinya akan dibangun oleh Pupuk Kaltim dengan nilai investasi sekitar US$1,5 miliar.
“Selain itu diskusi dengan pembeli LNG potensial juga masih berlanjut saat ini,” tulis GOKPL.
Seperti diberitakan sebelumnya, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan sejauh ini produksi gas dari GOKPL direncanakan untuk pemenuhan kebutuhan pabrik pupuk milik PKT dan pasar LNG.
“Dengan kemampuan pasok hingga setidaknya 2043 maka diperkirakan kesinambungan produksi gas jangka menengah akan terjaga, dalam rangka mendukung hilirisasi dan transisi energi,” kata Kurnia saat dihubungi, Kamis (4/5/2023).
Hanya saja, dia mengatakan lembagannya belum dapat menyampaikan informasi detail ihwal rencana monetisasi lapangan tersebut karena masih dalam tahap bahasan.
“Sedangkan untuk skema monetisasi LNG dengan pasokan sekitar 200 BBTUD, saat ini terus dimatangkan antara GOKPL, SKK Migas dan Ditjen Migas terkait skema pemanfaatannya,” kata Kurnia.