Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wacana WFH Akibat Polusi Udara, Bisnis Sewa Ruang Kantor Lesu?

Knight Frank memperkirakan dampak rencana WFH akibat polusi udara terhadap bisnis sewa ruang kantor di DKI Jakarta.
Kualitas udara di Jakarta pada Rabu (12/7/2023) pagi nomor dua terburuk di dunia berdasarkan data IQAir pada pukul 08.32 WIB. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Kualitas udara di Jakarta pada Rabu (12/7/2023) pagi nomor dua terburuk di dunia berdasarkan data IQAir pada pukul 08.32 WIB. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis sewa ruang kantor kembali menghadapi tantangan baru seiring dengan tingginya tingkat polusi udara di Jakarta. Pasalnya, wacana penerapan sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH) mulai kembali digaungkan. 

Menanggapi hal itu, Associate Director Occupier Strategy and Solutions Knight Frank Indonesia menilai, penerapan WFH akibat polusi udara dipandang tidak akan berdampak besar pada laju bisnis properti sektor perkantoran.

"Mengenai dampak dari polusi, memang saat ini banyak merencanakan untuk WFH, cuma rata-rata untuk market occupier di Jakarta itu masih tetap melakukan WFO [work from office]," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat yang menilai saat ini banyak perusahaan yang memilih untuk menerapkan opsi hybrid office.

Terlebih lagi, seruan untuk kembali melakukan penerapan sistem kerja WFH tidak diatur dalam regulasi yang ketat seperti pada saat pandemi Covid-19 melanda beberapa waktu belakangan.

"Hybrid ini dipilih 56 persen occupier di ranah global, dan dari hybrid ini sebagian besar occupier menyatakan bahwa centric office masih menjadi pilihan," tekannya.

Dalam arti, Syarifah menambahkan, kombinasi WFO dan WFH (hybrid) masih berorientasi pada WFO karena ruang kolaborasi yang ada di perkantoran dinilai tidak dapat digantikan secara online.

"Saat ini centric office dengan pilot kolaborasi dan kultur kerja masih relatif lebih efektif untuk pola kerja saat ini," pungkasnya.

Sebelumnya, pada saat pandemi melanda, Knight Frank mencatat bahwa tingkat hunian perkantoran sepanjang Semester I/2021 sempat merosot 2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 72,99 persen. 

Salah satu penyebabnya yakni habisnya masa sewa dan perusahaan tidak memperpanjang sewa, relokasi, serta pengurangan ukuran ruang yang diperlukan. 

Saat itu, pandemi Covid-19 dinilai telah mengubah preferensi penyewaan ruang kantor di Jakarta, di mana para penyewa saat ini menginginkan ruang kantor yang terjangkau dan memiliki fasilitas lebih baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Alifian Asmaaysi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper