Bisnis.com, BADUNG - Pembangunan interkoneksi jaringan listrik dan gas lintas negara saat ini menjadi salah satu pembahasan yang tengah dilakukan oleh para menteri energi kawasan Asia Tenggara atau Asean.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana memaparkan, total potensi energi terbarukan yang dimiliki negara-negara Asean mencapai 17.229 gigawatt (GW). Sementara itu, cadangan terbukti gas yang dimiliki negara Asean mencapai 130 triliun standar kaki kubik (Tcf), sebagian besar berada di Indonesia sebesar 44,2 Tcf.
Untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan sumber energi yang melimpah tersebut, kata Dadan, diperlukan infrastruktur interkoneksi lintas negara guna memenuhi permintaan energi dari sumber energi yang berada di negara lain.
"Interkoneksi akan menciptakan energi yang terjangkau dan berkelanjutan, serta sistem energi lokal, bersamaan dengan memitigasi perubahan iklim, sebagai komitmen pada kawasan Asean. Isu terkait interkonektivitas inilah yang menjadi fokus Indonesia pada keketuaan Asean 2023," kata Dadan dalam Asean Energy Business Forum 2023 di Nusa Dua Bali, Kamis (24/8/2023).
Di samping interkoneksi infrastruktur tenaga listrik dan gas, Dadan juga menggagas untuk memperluas interkoneksi pada subsektor biomassa dan biofuel.
Selain itu, terkait dengan sumber mineral, Indonesia memiliki banyak potensi nikel dan mineral lain, begitupun dengan negara Asean lainnya, diperlukan interkoneksi untuk menciptakan industri, antara lain industri baterai.
Baca Juga
Dadan menambahkan bahwa sejak ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Asean Power Grid (APG) pada awal tahun 2000-an, negara-negara Asean masih mendapatkan manfaat dari interkoneksi jaringan listrik. Indonesia pun menyambut baik perpanjangan MoU APG setelah tahun 2024.
Lebih jauh, Dadan mengingatkan bahwa negara-negara anggota Asean perlu meningkatkan upaya lebih, tidak hanya pada pengembangan infrastruktur, tetapi juga harmonisasi kebijakan, kerangka regulasi, dan standard teknis untuk efektivitas operasi APG dan TAGP.
"Mari kita memperkuat komitmen untuk koordinasi kebijakan, memfasilitasi distribusi sumber energi lintas negara, juga menegaskan kembali komitmen kita bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi investasi swasta, memelihara inovasi dan memastikan keberlanjutan inisiatif energi," ucapnya.
Adapun, pada 2022, Asean telah menetapkan progres dengan menyambungkan jaringan listrik di Laos, Thailand, Malaysia, dan Singapura melalui Lao PDR, Thailand, Malaysia, Singapore Power Integration Project (LTMS-PIP), yang terbukti dapat meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan, serta meningkatkan resiliensi dan stabilitas jaringan listrik pada kawasan tersebut.
"Kami juga mendorong inisiatif jual beli tenaga listrik [new multilateral power trade] pada subregion Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina [BIMP]. Dengan memperkuat kerja sama pada kawasan Asean, kita akan menciptakan ekosistem di mana surplus energi dari negara satu dapat memenuhi kebutuhan negara lainnya, dan memelihara win-win situation untuk seluruh negara," tegas Dadan.
Indonesia juga mendukung perpanjangan kerja sama Trans-Asean Gas Pipeline (TAGP) yang akan berakhir pada 2024 mendatang. Kerja sama ini dinilai sangat penting untuk meningkatkan interkoneksi gas bumi pada kawasan Asean. Terlebih, peran gas bumi saat ini sangat penting untuk mendukung keamanan energi dan sebagai jembatan untuk transisi energi.
"Kami berharap perpanjangan kerja sama tersebut dapat meningkatkan kolaborasi antara negara Asean dalam menyediakan infrastruktur gas bumi. Di masa mendatang, infrastruktur dapat diperluas kepada pengembang infrastruktur LNG, seperti terminal regasifikasi. Di sisi lain, infrastruktur gas bumi eksisting dapat dimanfaatkan untuk kerja sama energi di masa depan, seperti hidrogen dan CCS," ujar Dadan.