Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Erick Thohir Berencana Merger Garuda (GIAA), Citilink, dan Pelita Air

Menteri BUMN Erick Thohir berencana merger tiga maskapai penerbangan pelat merah yaitu Garuda Indonesia (GIAA), Citilink Indonesia, dan Pelita Air.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberikan paparan saat konferensi pers di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberikan paparan saat konferensi pers di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, berencana merger tiga maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), Citilink Indonesia, dan Pelita Air. 

Erick menjelaskan, rencana ini merupakan salah satu upaya agar biaya logistik di Indonesia terus menurun sehingga semakin meringankan dunia bisnis. Dia mendorong efisiensi terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan milik negara. 

Dia menjelaskan, Indonesia masih kekurangan sekitar 200 pesawat. Perhitungan itu diperoleh dari perbandingan antara Amerika Serikat dan Indonesia.

Erick memaparkan, terdapat 7.200 pesawat yang melayani rute domestik di AS. Pesawat-pesawat tersebut melayani sekitar 300 juta penduduk AS yang memiliki rerata Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai US$40.000. 

Sementara itu, di Indonesia terdapat 280 juta penduduk yang memiliki PDB US$4.700. Hal tersebut berarti Indonesia membutuhkan 729 pesawat. 

"Padahal sekarang, Indonesia baru memiliki 550 pesawat. Jadi perkara logistik kita belum sesuai," ujar Erick dalam acara Indonesia Cafetalk di Tokyo, Jepang, dikutip dari keterangan resmi pada Selasa (22/08/2023). 

Untuk mengurangi ketertinggalan jumlah pesawat tersebut, Erick mengatakan tidak menutup kemungkinan adanya penggabungan Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air.

Dia menjelaskan, Kementerian BUMN terus berupaya menekan biaya logistik, salah satunya melalui upaya efisiensi dengan merger perusahaan-perusahaan. Erick mencontohkan merger yang dilakukan pada PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo dari sebelumnya memiliki 4 perusahaan menjadi 1. 

Hal tersebut, lanjutnya, berdampak pada penurunan biaya logistik dari sebelumnya mencapai 23 persen, menjadi 11 persen. 

"Kami juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ungkapnya. 

Adapun, Erick menambahkan Garuda Indonesia, telah berhasil diselamatkan setelah terancam dibubarkan. Dia mengatakan, GIAA pada akhirnya dipertahankan karena Indonesia perlu tetap memiliki flag carrier

Upaya penyelamatan GIAA dilakukan melalui rangkaian restrukturisasi paling rumit dalam sejarah penyelamatan korporasi Indonesia. 

Erick menuturkan, saat Garuda Indonesia diperjuangkan, pihaknya telah mempersiapkan maskapai pelat merah lainnya, yakni Pelita Air, untuk menjadi maskapai flag carrier Indonesia jika GIAA gagal diselamatkan. 

Sebelumnya, merger Pelindo secara resmi telah terlaksana, dengan ditandatanganinya Akta Penggabungan empat BUMN Layanan Jasa Pelabuhan. 

Keempatnya adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia I, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia III, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia IV. Mereka melebur kedalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II yang menjadi surviving entity.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper