Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menilai kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diharapkan memunculkan berbagai gagasan untuk mencari solusi permasalahan ekonomi nasional.
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan para pengusaha menginginkan adanya gagasan ekonomi, program transisi kepemimpinan, hingga upaya menjaga stabilitas keamanan untuk memastikan kenyamanan berusaha.
“Jadi pengusaha intinya menganggap bahwa pemilu itu adalah ajang untuk mencari solusi ekonomi, dan transisi dan stabilitas keamanan menjadi hal yang penting didalam menjamin pemilu berkualitas,” ujar Bhima, dalam Podcast Broadcash, Jumat (18/8/2023).
Menurutnya, Pilpres 2024 tidak hanya sekadar menantikan pemimpin baru, tetapi juga menantikan kebijakan-kebijakan yang mempermudah serta mendukung dunia usaha.
Bhima menjelaskan, di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, para pengusaha telah diberi ruang untuk menyampaikan sejumlah gagasan maupun sumbatan perekonomian.
“Saya pikir, ini tantangan pengusaha untuk capres. Harus ditingkatkan lah [gagasan perekonomian], sehingga isu-isu ekonomi menjadi isu yang utama dibandingkan isu lain, termasuk politik identitas,” katanya.
Baca Juga
Isu Krusial
Di sisi lain, pemerintah juga perlu memperhatikan sejumlah isu besar di tahun politik, terutama isu terkait perekonomian. Bhima menjelaskan, salah satu isu yang dapat menjadi perhatian pemerintah adalah mengenai stabilitas harga pangan. Bhima menilai bahwa situasi kali ini berbeda pada 2015 dan 2019.
“Jadi sebelum pandemi, inflasi terutama pangan, inflasi umumnya 3 persen atau di bawah 3 persen. Nah kini ada anomali tertuama menghadapi El Nino. Jadi isu soal stabilitas harga, itu menjadi isu penting," jelas Bhima.
Selain itu, isu yang tak kalah besar terkait dengan inflasi, biaya hidup, biaya kebutuhan pokok dan soal suku bunga. Menurutnya, hal ini akan diangkat oleh calon-calon presiden nantinya.
Menurutnya, pada 2024 hal ini akan menjadi teka-teki dan mungkin swing komoditas akan mengarah ke bawah. Hal ini terjadi karena ada permintaan dari negara-negara utama yang melambat, baik dalam energi maupun soal perkebunan.
Bhima juga menyoroti pada 2015, di mana harga komoditas jatuh hingga munculnya kampung pengangguran eks tambang batu bara di kalimantan Timur. Hal ini perlu diantisipasi ketika harga komoditas mulai menurun bertepatan dengan pemilu. Efeknya bisa pada stabilitas politik terutama di daerah-daerah penghasil komoditas.