Bisnis.com, SEMARANG - Australia, Selandia Baru, dan Inggris mendesak negara-negara Asean untuk lebih tegas dalam mengatasi konflik di Myanmar.
Asisten Menteri Luar Negeri Australia Tim Watts menyampaikan, kudeta militer yang terjadi di Myanmar telah membalikkan kemajuan ekonomi dan pembangunan selama bertahun-tahun.
“Kami mendesak rezim untuk mengakhiri kekerasan terhadap warga sipil untuk terlibat dalam dialog konstruktif dengan semua pihak,” kata Watts dalam pertemuan AEM-CER Consultation, Selasa (22/8/2023).
Menteri Negara Perdagangan dan Pertumbuhan Ekspor Selandia Baru, Rino Tirikatene juga mengecam keras kudeta militer di Myanmar.
Dalam sambutannya, Tirikatene menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap krisis yang sedang berlangsung.
“Saya juga ingin menggunakan kesempatan ini sekali lagi untuk mengecam keras terhadap kudeta militer di Myanmar,” ujarnya.
Baca Juga
Kecaman serupa juga dilontarkan Menteri Bisnis dan Perdagangan Inggris, Nigel Huddleston, dalam 3rd AEM-UK Consultation, Minggu (20/8/2023).
Huddleston menyampaikan, negaranya sangat prihatin terhadap krisis yang terjadi di Myanmar. Inggris sendiri telah mengalokasikan dana sebesar 2,65 juta pound untuk tanggapan kemanusiaan.
“Kami terus mendukung upaya Asean untuk mengatasi krisis di Myanmar, termasuk melalui peran kepemimpinan kami di Dewan Keamanan PBB,” kata Nigel, Minggu (20/8/2023).
Huddleston juga mendesak rezim militer untuk segera mengimplementasikan konsensus lima poin Asean serta meminta negara kawasan untuk mengakhiri kekerasan yang terjadi di Myanmar, sejalan dengan tujuan dan prinsip yang diabadikan dalam piagam Asean.
Sebagai informasi, kegiatan pertemuan Menteri Ekonomi Asean ke-55 dilaksanakan tanpa kehadiran Myanmar. Kendati demikian, Asean tetap memberikan kursi bagi Myanmar dalam rapat tersebut alias dibiarkan kosong.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga, menuturkan, negara anggota sebelumnya sudah sepakat untuk tidak mengundang Myanmar dalam pertemuan Asean.
“Sudah menjadi kesepakatan di Asean meeting bahwa Myanmar tidak diundang,” jelasnya di sela-sela AEM ke-55, Selasa (22/8/2023).