Bisnis.com, JAKARTA – Aliansi lima negara berkembang Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) dikabarkan akan menjadikan agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2023 di Afrika Selatan untuk mendapatkan lebih banyak anggota.
Dikutip melalui Bloomberg, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pun mengamini bahwa proses mendapatkan lebih banyak anggota ini pun dilakukan untuk meningkatkan bobot global dari aliansi tersebut, adapun dorongan tersebut diinisiasi oleh Presiden China Xi Jinping serta turut didukung oleh Rusia dan Afrika Selatan.
“Kami ingin membuat BRICS sangat kuat secara politik, sangat kuat secara finansial,” katanya dikutip melalui Bloomberg, Senin (21/8/2023).
Lebih lanjut, KTT tersebut juga dinilai dapat menjadi ekspansi pertama blok tersebut sejak Afrika Selatan menjadi anggota yang ditambahkan pada 2010. Adapun, daftar kandidat potensial yang paling tinggi untuk menjadi anggota baru saat ini adalah Indonesia dan Arab Saudi, serta Uni Emirat Arab (UEA), Aljazair, dan Mesir. Kendati demikian, India ingin prosesnya bertahap.
India khawatir bahwa perluasan BRICS akan mengubah kelompok tersebut menjadi corong bagi China, sementara Brasil juga khawatir gerakan tersebut akan disinyalir seperti mengasingkan Barat. Namun, kedua Negara tersebut disebut pasrah menerima anggota baru, bahkan saat mereka mendorong kesepakatan tentang aturan dan kriteria.
“Sejak BRICS didirikan, China tidak hanya menjadi lebih agresif secara regional, atau bahkan di sepanjang perbatasan dengan India, tetapi juga ingin menjadi pembawa standar untuk Global South,” kata mantan diplomat senior Amerika Serikat Katherine Hadda.
Baca Juga
Di sisi lain, pertemuan minggu ini yang dipandu oleh Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa yang akan menjadikan KTT BRICS tatap muka pertama mereka sejak pandemi di tingkat global.
Sejauh ini dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, Presiden China Xi Jinping, dan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi telah mengonfirmasi kehadiran mereka. Tak hanya itu, Kepala negara dari lebih dari 30 negara di Afrika, bersama yang lainnya dari Global South, akan duduk sebagai pengamat dan lebih dari 20 negara telah secara resmi menyatakan minat untuk menjadi anggota.
Lima pemimpin blok nantinya akan memutuskan siapa yang dapat bergabung dan kapan, dengan konsensus sebagian besar dicapai pada kebijakan penerimaan, menurut Sooklal.
Sementara itu, Associate Professor of Diplomatic Practice at India’s O.P. Jindal Global University Karin Vazquez menilai perluasan kelompok tersebut diprediksi akan mewakili sekitar setengah dari output global pada 2040 dan dua kali lipat bagian dari Negara Kelompok Tujuh (G7). Bahkan, perluasan BRICS akan membuat aliansi ini mencapai hampir setengah dari populasi global, naik dari 42 persen saat ini.
“Negara-negara ini telah bangkit secara ekonomi, mereka telah menyuarakan keprihatinan mereka, mereka sekarang mampu menawarkan alternatif jika suara mereka tidak didengar,” kata Karin.