Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang China Berutang Rp2 Triliun kepada Agen Properti, Termasuk Evergrande Group

Sejumlah pengembang properti China, seperti Evergrande Group dan Shimao Group Holdings berutang biaya komisi 1 miliar yuan kepada agen properti Centaline.
Seorang pria berjalan melewati rambu Dilarang Masuk di dekat kantor pusat China Evergrande Group di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters
Seorang pria berjalan melewati rambu Dilarang Masuk di dekat kantor pusat China Evergrande Group di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah pengembang properti China diketahui berhutang lebih biaya komisi senilai lebih dari dari 1 miliar yuan atau sekitar lebih dari Rp2 triliun kepada agen properti Centaline di China.

Mengutip Bloomberg, Senin (21/8/2023), anak perusahaan Centaline di kota Shenzhen, tidak dapat membayar komisi kepada para karyawannya karena pembayaran yang sudah jatuh tempo, seperti dilaporkan South China Morning Post (SCMP), mengutip dokumen perusahaan yang bocor dan beredar secara online. 

Centaline kemudian mengambil tindakan hukum kepada para pengembang properti, termasuk kepada China Evergrande Group, Kaisa Group Holdings Ltd. dan Shimao Group Holdings Ltd. 

Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kembali 535 juta yuan yang diduga merupakan hak mereka. Hal ini mengutip dari laporan SCMP, dari dokumen yang  ditandatangani oleh Chief Executive perusahaan Alex Shih pada 11 Agustus 2023. 

Lewat pernyataannya, Centaline mengkonfirmasikan jumlah tersebut. Perusahaan mengatakan bahwa pengadilan China telah memerintahkan lebih dari 400 juta yuan dibayar kepada Centaline. 

Sementara itu, sebanyak 135 juta yuan juga sedang menunggu putusan. Mereka telah membentuk sebuah tim untuk memulihkan uang tersebut. 

Centaline mengatakan bahwa mereka telah membayar gaji karyawan mereka tepat waktu. Namun, perusahaan tidak dapat membayar komisi, karena komisi hanya dibayarkan telah menerima uang dari pengembang. 

Nasib Properti China

Berdasarkan catatan Bisnis, Goldman Sachs Group Inc memangkas target pada saham-saham China, menyusul kekhawatiran pada krisis properti China yang dapat berdampak pada perlambatan ekonomi Negeri Panda tersebut.

Evergrande Group mengajukan perlindungan kebangkrutan bab 15 pada Jumat (17/8) di New York untuk melindunginya dari para kreditor AS, saat mengupayakan kesepakatan restrukturisasi di negara lain.  

Tak hanya itu, Country Garden, pengembang properti swasta terbesar China juga terancam mengalami gagal bayar. Sebagai catatan, Country Garden selama ini dikenal sebagai pengembang yang sehat secara finansial.

Moody’s Investors Service juga mengungkapkan gagal bayar pengembang properti, membuat rasio kredit macet bank-bank China menjadi 4,4 persen pada akhir 2022, dari tahun 2020 yang sebesar 1,9 persen.

Pemerintah China sendiri juga memperkenalkan respons kebijakan yang lebih tegas, untuk mengatasi dampak krisis sektor properti terhadap perekonomian. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper